Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pocong di Pantai

28 April 2021   20:38 Diperbarui: 28 April 2021   21:05 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest/Arzu Gul

Pocong itu sangat terkesan. Bisa ditebak, di jalan utama, terpampang mural Che Guevara di dinding wc umum antara pohon kelapa dan matahari terbenam. Dia tetap menyukai lukisan itu meski sebenarnya klise.

Selanjutnya, dia melihat mural karya seniman grafiti yang namanya tidak dapat dimengerti, tampak seperti "O3L" atau "BE7". Hurufnya merah-oranye bergerigi liar dan cadas. Di sisi tulisan itu ada tengkorak wanita dengan kacamata hitam. Di sebelah kanan ada kata "PEACE" yang ditulis dengan huruf biru metalik. Itu adalah potongan yang paling disukai favorit Pocong.

Setelah menghabiskan cumi bakar, kerapu asam manis, dan kelapa muda, Pocong mengeluarkan sebatang rokok kretek filter rendah nikotin dari sela-sela kain kafan dan melompat lebih dekat ke bibir pantai. Dia suka melihat ombak yang terhempas di pantai saat dia merokok.

Ia ingat saat SMA, sering kemping di pantai bersama teman-temannya. Semua temannya melanjutkan hidup mereka dan yang sudah tiada memiliki tanggung jawab sebagai pocong dewasa. Sebagian besar memiliki keluarga. Ada yang jadi koki. Ada yang jadi akuntan atau notaris. Beberapa guru seperti dia. Beberapa adalah monster bisnis. Segelintir menghilang dan tidak ingin ditemukan.

Akhirnya, Pocong membuang puntung rokoknya ke tengah ombak dan melompat ke mobilnya. Sesampainya di rumah, dia menulis lagu tentang harinya di pantai. Judulnya "Pocong di Pantai".

Bandung, 28 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun