Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cincin Kawin dan Laut

16 Juni 2020   13:13 Diperbarui: 17 Juni 2020   18:59 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Photo: 123RF via rnz.co.nz)

Malam hari selalu ada kontes dansa chacha, karaoke atau standup komedi.

Lelaki Perancis berjanggut mengenakan celana berburu bertengkar dengan seorang Jerman yang mengenakan seragam angkatan laut. Perempuan Argentina mabuk memamerkan payudaranya yang kendur.

Seorang lelaki Austalia terhuyung-huyung dan ambruk di atas meja bar, terlalu banyak menenggak alkohol. Jatuhnya ke atas puluhan botol tequila murahan sehingga pecah berserakan, menyebabkan band kapal yang hanya membawakan lagu-lagu Beatles mengakhiri pertunjukan mereka dan mengirim para penumpang kapal ke kabin mereka lebih awal malam itu.

Jacques menyuruhku untuk membereskan semuanya. Kain pel tak berguna mengatasi pecahan kaca. Gesekannya akan menggores lantai kayu dan dia akan mengomel panjang pendek memberiku kuliah tentang profesionalisme.

Maka, dini hari aku berlutut di lantai dansa memunguti serpihan beling dengan tangan dan memasukkannya ke keranjang sampah logam yang berkilau di bawah bola lampu disko yang masih berputar dan bersinar.

Di tengah pecahan gelas itu tergeletak sebentuk cincin mungil. Aku mengarahkannya ke cahaya lampu dan menerawang, lalu menghela nafas. CZ, Zirkonium kubik.

Andai saja benda itu berlian asli, aku akan menjualnya nanti saat bersandar di Bali. Aku memasukkan cincin itu ke dalam saku celana dan meneruskan mengumpulkan pecahan botol ke dalam keranjang sampah.

Jariku tak sengaja dua kali terluka. Beling-beling itu steril, licin berselaput tequila.

Sepuluh menit kemudian seorang perempuan terhuyung-huyung masuk ke bar. Terdapat bercak noda kering bekas muntah pada gaunnya.

"Maaf," katanya. "Maaf mengganggu."

Aku tetap memunguti beling dan memasukkan ke keranjang sampah. Kata-kata yang mengalir dari mulutnya kalimat campuran antara penyesalan dan permintaan maaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun