Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mogok Saat Ngabuburit

6 Juni 2019   05:56 Diperbarui: 6 Juni 2019   06:11 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu menunggu lampu lalu lintas berganti hijau. Udara harum semerbak hujan.

Lampu berubah. Mesin motor mendadak mati begitu saja. Klakson dari mobil di belakangmu memekakkan telinga, membuatmu cenderung marah daripada malu. Mendorong menyeberang jalan tapi lampu kuning menyala. Kamu berada di tengah-tengah perempatan. Kandung penuh dan rasanya hampir tak bisa ditahan lagi. Mobil dan motor melesat di kiri kananmu.

Tetesan hujan pertama mendarat di kepalamu ketika akhirnya berhasil mendorong motor kesayangan tapi sialan itu menyeberang.

Tenangkan dirimu sejenak, tarik napas dalam-dalam. Pandanglah langit. Formasi burung bangau bagai mata panah di langit kelabu menunjukkan arah jalanmu menuju kemenangan.

Kamu teringat saat Zulfikar mengajakmu mencuri ayam tetangga. Berbekal bawang putih yang kalian ambil dari dapur dan karung goni, saat orang semua di musala, kalian menjarah kandang milik Bang Joni. Namun, mungkin karena bawangnya terlalu banyak, tiga ekor ayam yang pingsan kalian kira mati menjadi bangkai dan kalian lemparkan begitu saja ke sungai. Biadab!

Hujan menderas dan motor kesayangan sekaligus pembawa sial masih saja ngadat. Nanti bisa masuk angin, dan beberapa tahun ke depan akan menjadi radang paru-paru dan akhirnya seumur hidup tersiksa bengek.

Setengah berlari, kamu mendorong motormu semakin cepat. Kepalamu mulai basah.

Kamun putuskan untuk berteduh di minimarket. Kasirnya mirip yang penyanyi dangdut yang bikin heboh karena dalam setahun tiga kali menikah, mengucapkan selamat datang dengan suara cadel. Dari logatnya kamu mengira dia dari perbatasan Barat - Tengah. Kamu hampir saja tertawa karena teringat akan pelawak Cici yang suka menggunakan dialek tersebut dengan lucu, tapi kamu tak ingin kasir yang manis itu tersinggung.

Tergesa-gesa mendorong sepeda motor membuatmu lelah, sangat lelah.  Kamu duduk di kursi logam dan meja yang disediakan minimarket untuk pengunjung yang ingin menyantap apapun yang dibeli di minimarket itu.

Kasir datang menawarkanmu kopi hangat. Tidak ada pengunjung lain.

Kamu seperti hampir pingsan, katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun