Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Masa Lalu Adalah Kita

28 Oktober 2020   12:32 Diperbarui: 28 Oktober 2020   12:47 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuberikan rasa terdalam

Sejuknyapun masih terus mengikuti

Jiwa lara pergilah kau

Tak usah kembali 

Lontarkan tangan yang pernah tergapai

Merindukan nuansa lama yang hilang

Entahlah tak terkira matahari lebih panas sinarnya

Seakan hujan tak kan pernah lagi datang

Taman bunga masih melintas di bayang-bayang lama

Berjalan lambat namun jelas teringat

Tak bosan kata-kata terus terurai

layaknya tetes hujan hadir setelah kemarau

Semuanya menghilang

Sirna tak membekas

Hanya catatan di jiwa dan lukisan di hati

Kita berjalan diantara serpihan ingatan

Ingatan yang menempel di dinding naluri

Tak mungkin bisa lepas

Tak mungkin terhindar

Karena kita adalah masa lalu

Masa lalu adalah kita

Masa depan ..ohhh masa depan

berlarilah ..teriaklah kedepan 

Walau angin kuat menghempas ke masa lalu

Pegang kayu disampingmu

Raih sesuatu didepanmu

Buka selalu pandangan mata

Buka ruang hati berpikir

Selamat datang masa depan

Terimakasih masa lalu  

(Isk)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun