Mohon tunggu...
Awaludin, SKM, M. Kes (Epid) Abdussalam
Awaludin, SKM, M. Kes (Epid) Abdussalam Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Epidemiologis. Sanitarian. "Mediocre".

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

AIDS Mengancam Keluarga

1 Desember 2012   00:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waspadai jangan-jangan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) sudah menyelinap di kehangatan keluarga anda? Korban di pihak perempuan dan anak semakin meningkat tajam. Artinya mereka sebagai korban dari “pembawa” HIV (Human Immunodeficiency Virus)secara diam-diam. Itulah sebabnya maka tema Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember 2012 adalah “Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV/AIDS”.

Perempuan dan anak tanpa terhindarkan menjadi tujuan akhir tertularnya HIV. Penularan HIV dari ibu hamil kepada bayinya meningkat 150% dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Secara nasional ada 1.200 ibu hamil yang dinyatakan positif mengidap HIV. Angka penularan HIV dari ibu hamil sebelumnya hanya 1,2% dari total jumlah pengidap, sekarang menjadi 2,7%. Potensi penularan dari ibu ke bayi menjadi semakin meningkat karena ada 3.200 ibu rumah tangga pengidap HIV, yang pada gilirannya berpeluang untuk menjadi hamil dan melahirkan.

Ketidaktahuan masyarakat dalam melakukan pencegahan terhadap penularan HIV menjadi biang utama meningkatnya para ibu rumahtangga, bayi dan anak-anak tertular oleh penyakit yang belum ada obatnya ini. Fakta ini tidak mengejutkan, karena Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa, hanya sebesar 44,4% penduduk yang sudah pernah mendengar tentang HIV/AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome). Sementara hanya sebesar 13,9% di antaranya berpengetahuan benar tentang penularan HIV/AIDS dan hanya sebesar 49,3% berpengetahuan benar tentang pencegahan HIV/AIDS.

Sudah saatnya masing-masing anggota keluarga mesti mewaspadai kehadiran AIDS di tengah-tengah keluarga mereka. Terutama bila ada indikasi salah satu dari anggota keluarga merupakan kelompok yang berisiko tinggi terhadap penularan HIV. Cara yang paling mudah, sederhana, bahkan tanpa dipungut biaya sepeser pun dengan melakukan konseling dan pemeriksaan HIV secara sukarela melalui Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing). Keberadaan Klinik VCT saat ini hampir merata di setiap kabupaten/kota.

Klinik VCT merupakan pintu masuk bagi siapa pun dengan status positif HIV untuk mendapatkan hak dalam pemenuhan kebutuhan perawatan maupun pengobatan. Bagi pengidap HIV akan dijaga kerahasiaannya, mengingat penyakit ini masih sangat ditakuti masyarakat karena pemahamannya yang keliru. Di sisi lain akan mengakibatkan stigma bagi pengidapnya. Bagi pasien positif HIV akan didampingi oleh manajer kasus, biasanya sukarelawan yang sudah terlatih, dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam menjalankan proses perawatan dan pengobatan.

Tanpa mengesampingkan program perawatan dan pengobatan di Klinik VCT yang sudah berjalan dengan baik, agaknya program promosi dan pencegahan penularan HIV menjadi sangat penting untuk diprioritaskan. Paling tidak memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat yang masih sehat tentang bagaimana cara mencegah penularan HIV secara efektif. Kita tidak berharap para ibu rumahtangga dan anak-anak menjadi korban ketidaktahuan dalam cara mencegah penularan HIV.

Proses hubungan seksual yang tidak aman dari penularan HIV dengan kelompok yang berisiko tinggi terhadap HIV, memudahkan para ibu rumah tangga tertular HIV juga. Kita tahu bahwa, pencegahan terhadap penularan HIV yang sangat efektif, antara lain, setia pada pasangan, puasa seks bagi yang belum menikah, tidak menggunakan jarum suntik bagi pengguna narkoba dan menyarankan penggunaan kondom. Cara terakhir dengan menggunakan kondom mesti ditempuh, jika pelaku tidak mampu memenuhi kaidah-kaidah pencegahan tersebut ketika harus menuntaskan hasrat seksualnya yang menyimpang dan berisiko tinggi terhadap penularan HIV.

Penularan HIV dari ibu kepada bayi dan anak-anak pun dapat terjadi selama proses kehamilan maupun pada tahap persalinan. Potensi penularan HIV setelah persalinan dapat juga terjadi pada saat pemberian air susu ibu (ASI).

Penyuluhan untuk mewaspadai AIDS seharusnya lebih gencar, bila dibandingkan dengan derasnya senandung nakal lirik lagu dangdut “//kuhamil duluan/sudah tiga bulan...//” yang tanpa bosan dilantunkan. Lagu seronok ini boleh jadi sebagai cerminan sebagian masyarakat kita yang akrab dengan perilaku seks bebas? Hati-hati AIDS menyelinap di bilik-bilik keluarga kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun