Mohon tunggu...
Sejati
Sejati Mohon Tunggu... Buruh - Hidup adalah bentuk cinta paling Liar~

Bukan penulis, melainkan seseorang yang menulis. Karena dengan menulis kita menghargai kata kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menawar Air Mata

19 Juli 2019   09:15 Diperbarui: 19 Juli 2019   11:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia sedang pergi menuju kesedihan

Belanja luka dan bumbu perih di dada

Disana ia bertemu dengan bahagia namun tidak bisa membelinya

Lalu ia pindah ke lapak air mata

Menimang nimang kesedihan dengan teliti agar tak salah membeli

"Air mata sepanjang malam berapa harganya?" Ia bertanya pada penjual luka

"Air mata ini mahal harganya, jika jatuh kau akan merasakan kepedihan luar biasa"

Ia menawar air mata dengan kenangannya 

Namun penjual berkutat dengan harga mahalnya

Lalu ia pulang tanpa membawa air mata dan kekosongan didalam dada

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun