Dewasa ini kita tentu mengakui sepakbola menjadi olahraga yang paling populer dan digemari oleh khalayak seantero bumi. Dalam perjalanannya, revolusi taktik hingga perkembangan teknologi terus menyertai dan menunjukkan kedinamisannya sendiri.Â
Kedinamisan di dunia sepakbola seringkali menghadirkan kejutan-kejutan tak terduga baik di lapangan maupun diluar lapangan. Dari dalam lapangan.
Beberapa klub besar silih berganti bisa menampilkan permainan terbaik di minggu ini dan minggu berikutnya harus merasakan dibantai oleh tim-tim kecil yang tak diunggulkan.Â
Hal semacam itu bahkan bisa memutus dominasi dari klub yang jauh lebih mentereng prestasi dan kualitas pemainnya. Kita sungguh ingat kala Leicester City laksana di negeri dongeng ketika berhasil merengkuh gelar Premier League musim 2015/2016 mengalahkan pesaing yang cukup reguler seperti Man City, Arsenal, dan juara bertahan Chelsea yang lebih dijagokan.Â
Bahkan hal tak biasa juga menular ke Spurs yang kala itu on fire namun hanya bersyukur finish di second lane. Tak hanya impresif, Leicester juga berhasil mengorbitkan bintang baru seperti Jamie Vardy, Riyad Mahrez, Danny Drinkwater hingga N'golo Kante.Â
Beruntungnya, keseimbangan tim masih terjaga hingga beberapa musim selanjutnya karena Leicester enggan melepas bintang bintangnya dengan mudah (kecuali Kante), cukup berbeda dengan beberapa klub dibawah yang harus "bedol desa" bahkan setelah beberapa saat saja selepas parade juara karena larisnya pemain di lantai Bursa.
AS Monaco
Dari Pulau kecil selatan Prancis, Monaco menggebrak eropa dengan rentetan hasil mentereng, menjuarai Liga domestik dan menjadi semifinalis Liga Champions 2016-2017.Â
Digawangi Radamel Falcao, Bernardo Silva, Fabinho, hingga rising star yang bisa kita lihat kiprah apiknya hingga hari ini, Kylian Mbappe, klub asuhan Leo Jardim ini berhasil memutus dominasi juara PSG sejak 2013.Â