Mohon tunggu...
AVINDA  ASYARO  TAGHSYA
AVINDA ASYARO TAGHSYA Mohon Tunggu... -

Sampoerna Academy

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pancaran Cahaya Sang "Bidadari Surga"

26 Februari 2018   21:44 Diperbarui: 16 Maret 2018   11:04 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa sayang dan rela berkorban dari tokoh Laisa bisa dilihat dari kutipan berikut:

"Puyang tidak boleh memakan mereka... Laisa mohon. tidak boleh---"

"Dali, bawa adik-adikmu lari.... LARI!!"  Kak Laisa berseru panik. Situasinya semakin mencekam. Harimau-harimau kembali bersiap. Dalimunte yang menatap ketakutan dari balik semak mendecit. "Dali, CEPAT! Bawa adik-adikmu lari!"(pdf hal. 52)

"Dali, bilang Mamak, bilang Mamak, Lais pergi...

Saat itu, Ikanuri dan Wibisana sedang bertengkar dengan Kak Laisa dan mereka ingin pergi ke kota melalui gunung Kendeng. Ketika Kak Laisa dan Dalimunte mencari mereka, keadaan sudah mencekam. Mereka berdua sedang berhadapan dengan tiga harimau yang sebentar lagi akan memakan mereka. Untungnya Kak Laisa dan Dalimunte datang tepat waktu. Akhirnya, Kak Laisa lah yang berdiri di depan harimau-harimau itu dan siap menjadi ganti dari adik-adiknya. Namun, kebaikan Kak Laisa juga terbayarkan dengan kebaikan, yaitu sang harimau memalingkan tubuhnya dan pergi.

"Aku tidak akan membiarkan Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta putus sekolah karena mengganti tanaman di kebun, Mak. Aku tahu, kalau aku gagal, mereka bisa putus sekolah kehabisan bayaran, tapi sungguh aku tidak ingin itu terjadi...."(pdf.hal 70)


Kutipan di atas menggambarkan kerja keras dan rasa sayang Laisa untuk adik-adiknya. Dia rela tidak melanjutkan sekolahnya agar adik-adiknya masih bisa melanjutkan sekolah dan justru memilih untuk membantu Mamak dan mengurus ladangnya saja. Dia berpikir bahwa seorang wanita pasti hanya berakhir menjadi seorang istri dan tidak terlalu perlu bersekolah tinggi-tinggi. Adiknya lah yang lebih membutuhkan dan pantas bersekolah.

Kemudian, meski Laisa menjadi kakak sulung yang seharusnya melakukan pernikahan yang pertama, tetapi dia justru sangat ikhlas ketika pada akhirnya ketiga adiknya mendahuluinya. Meskipun pada akhirnya, Laisa sudah tidak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan dengan keluarga kecil bersama seorang suami.Berikut adalah salah satu kutipan bukti kesabaran dan keikhlasan hati seorang Laisa:

"Kau tidak perlu menunggu Kakak.... Sungguh. Sama sekali tidak perlu. Kelahiran, kematian, jodoh semua sudah ditentukan. Masing-masing memiliki jadwal. Giliran---"(pdf hal.82)

Tidak kalah dengan tokoh Kak Laisa,sang penulis membuat tokoh-tokoh yang lainnya juga berperan besar dalam jalan cerita novel ini.Tokoh Dalimunte merupakan adik paling besar dari Kak Laisa mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Di saat umur Dalimunte masih dua belas tahun, dia sudah berhasil membuat kincir air 5 tingkat dan memberikan penghidupan kembali kepada warga Lembah Lahambay itu.

"Itu lima meter tingginya, Dalimunte! Sebesar apa kincir yang harus kita buat agar bisa mengangkat air dari sungai bawah cadas? Kau harusnya tahu itu."  Pemuda itu berseru sedikit putus-asa. "Tidak besar. Tidak besar!"   Dalimunte   menjawab cepat. Setelah   lima   menit menjelaskan kertas-kertasnya dengan terbata-bata, meski masih gugup, dia jauh lebih tenang sekarang, "Tapi kita akan membuat lima kincir air, membuatnya bertingkat! Tidak besar!"(pdf hal.34)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun