Mohon tunggu...
avaramaya
avaramaya Mohon Tunggu... .

Seorang Pendidik di Sekolah Dasar dan Penulis Cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kapal Sudah Berlayar, Abang

25 Juni 2025   10:21 Diperbarui: 25 Juni 2025   10:52 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap pagi, Dina membuka jendela kamarnya yang menghadap ke bukit. Di sanalah, langit pertama kali mebisikan rindu padanya. Dan setiap sore, ia menulis satu paragraf di buku hariannya. Bukan laporan, bukan jurnal, hanya rindu yang dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang tak pernah dikirim.

13 Maret

"Hari ini aku mengajar anak=anak tentang cita-cita. Mereka menyebut jadi dokter, astronot, penyanyi, dan petani. tapi tidak ada yang bilang 'menunggu seseorang yang sedang bertugas di lautan.' Mungkin karena itu bukan cita-cita. Tapi aku menjalaninya setiap hari."

Dina mulai terbiasa dengan hari-hari sunyi. Tapi hatinya tak pernah benar-benar sepi. Ia selalu percaya bahwa rindu tak akan sia-sia jika dijalani dengan ikhlas.

Setiap kali Saka mengirim pesa, itu seperti hadiah kecil dari semesta. Kadang hanya: 

"Sudah makan, Na?"

Atau:

"Laut tenang hari ini. Tapi hatiku ribut karena kangen kamu."

Pesan-pesan itu disimpannya baik-baik, bahkan ia tulis ulang di halaman belakang buku harian.

Suatu malam, setelah hujan mengguyur deras, Dina menemukan sepucuk surat di teras rumahnya-dalam amplop putih yang sudah agak basah. Tulisan tangan Saka.

Untuk yang sedang sabar menunggu di daratan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun