Jurnalis merupakan sebuah profesi yang bertugas untuk mencari berita. Dapat dikatakan sebagai sebuah profesi karena perlu sebuah pendidikan khusus untuk dapat menjalani profesi ini. Lantas apa saja pendidikan yang harus ditempuh oleh seseorang sehingga Ia dapat menjadi seorang jurnalis?
Berita merupakan sebuah bentuk informasi yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Melalui berita pula informasi dapat dikemas dengan berbagai jenis. Sebuah berita tidak langsung sampai begitu saja kepada masyarakat, tentu ada pihak khusus yang mencari, mengumpulkan, dan mengemas sehingga informasi tersebut dapat langsung sampai ke masyarakat. Salah satu pihak tersebut ialah jurnalis, atau bisa juga disebut sebagai reporter. Jurnalis merupakan sebuah profesi yang terjun langsung ke tempat terjadinya peristiwa lalu mengemas peristiwa tersebut dalam bentuk teks ataupun gambar.
Saat ini berita tidak hanya tersaji dalam bentuk teks dan gambar tetapi juga dalam bentuk audiovisual. Seiring dengan perkembangan zaman, tidak hanya audiovisual, berita-berita ini juga tersaji dalam bentuk infografis, tetapi bisa dikemas dalam bentuk yang lebih nyata yaitu virtual reality.Â
Maka saat ini sudah dapat dikatakan bahwa dalam dunia jurnalistik sudah memasuki zaman jurnalisme multimedia. Hal ini bukan berarti jurnalis harus mampu untuk menyajikan berita untuk berbagai platform (cetak atau online) tetapi juga dalam berbagai bentuk (teks, gambar, ataupun audio visual).
Maka pertanyaannya, apakah sebagai sebuah profesi para jurnalis saat ini sudah mampu untuk menyajikan berita dalam bentuk multimedia dan multiplatform? Tentunya kemampuan ini bukan dibentuk saat mereka sudah terjun ke lapangan tetapi sejak awal khususnya pada masa pendidikan mereka sudah dilatih baik secara teori dan juga praktek. Jurnalis disebut sebagai profesi karena perlu ada pendidikan khusus yang harus dilalui agar dapat menjalani profesi ini. Memang tidak harus dari jurusan jurnalistik, tetapi bisa juga dari jurusan lain diluar bidang jurnalistik, hukum misalnya.
Informasi-informasi ini juga harus memuat nilai berita yang tentunya ini menjadi titik perbedaan antara sebuah informasi dan sebuah berita. Menurut Deuze dalam artikelnya yang berjudul journalism and the web kemampuan and standards (1999, h. 380-382) jurnalis pada masa kini pada sepatutnya memiliki kemampuan seperti mampu untuk menulis berita tidak hanya mampu untuk menulis pada satu platform saja.Â
Misalnya ketika mereka akan membuat berita untuk online, berita tersebut sepatutnya memiliki karakteristik, dapat merangkum banyak aspek sehingga pembaca tidak multitafsir dan memiliki fungsi yang membawa manfaat bagi pembacanya.
Kemampuan kedua yang dimiliki ialah seorang jurnalis ketika ingin menulis berita online sebaiknya membuat berita tersebut tidak dalam format story telling. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca dapat langsung mengetahui inti dari apa yang ingin disampaikan oleh jurnalis.Â
Kemampuan berikutnya ini mendobrak aturan lama jurnalistik, yaitu menggunakan kalimat tanya, lalu pada halaman berikutnya misalnya pembaca akan menemukan jawaban atas apa yang mereka cari. Hal ini bertujuan agar pembaca tidak hanya membaca pada satu bagian saja tetapi bagian-bagian lain seperti misalnya halaman selanjutnya yang memuat informasi tambahan.