Mohon tunggu...
Priscilla Aurelia Xena
Priscilla Aurelia Xena Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Usir Insecurity Serta Belajar Mencintai Diri Sendiri Lewat Film Imperfect (2019)

19 Oktober 2020   22:09 Diperbarui: 20 Oktober 2020   12:53 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: imperfect_theseries film hadir di berbagai kota

Film tersebut kebanyakan ditonton oleh para wanita terutama para wanita korban body shaming yang sudah kehilangan kepercayaan dirinya. Upss film tersebut  tidak hanya dikonsumsi oleh para kaum hawa saja lho!

sumber: komentar ig imperfect_theseries
sumber: komentar ig imperfect_theseries
"Imperfect" ditayangkan lebih dari 20 kota di Indonesia. Selain ditayangkan di layar lebar, saat ini film tersebut juga hadir dalam layanan streaming ternama yakni Iflix serta Netflix. Antusias dari para penikmat film bisa dilihat ketika penonton bahkan sejumlah artis ternamapun memberi apresiasi positif dalam penayangannya. Film tersebutjuga sudah berhasil menutup biaya yang dikeluarkan selama proses produksi tersebut.

sumber: imperfect_theseries film hadir di berbagai kota
sumber: imperfect_theseries film hadir di berbagai kota

sumber : ig imperfect_theseries antusias penonton
sumber : ig imperfect_theseries antusias penonton

Sekarang mari bahas yuk semiotika yang terdapat pada sebuah film "Imperfect"!


Kali ini penulis akan membahas teori semiotika yang dikemukakan oleh salah satu tokoh yakni Roland barthes. Teori Roland Barthes memaparkan dua tingkat dari pertandaan yakni denotasi dan konotasi. Denotasi adalah hubungan antara tanda dengan realitas dalam pertandaan itu sendiri, sedangkan konotasi yakni aspek dari suatu makna yang berhubungan dengan rasa dan emosi serta berbagai nilai kebudayaan dan juga ideologi (Piliang, 2003, h. 16- 18).

Menurut Barthes, semiologi yakni mempelajari bagaimana manusia memaknai sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Jadi, sebenarnya objek merupakan sebuah tanda yang membawa pesan tersirat. Jika dalam pandangan Saussure menekankan penandaan hanya dalam tataran denotasi dan konotasi. Namun dalam pemikiran Barthes, penandaan milik Saussure tersebut tambah disempurnakan lagi dengan konsep penandaan konotatif dan mitos (Vera, 2014, h.27). Mitos menurut pandangan Barthes bukan merupakan mitos yang berkembang di masyarakat yang misalnya mempunyai arti seperti tahayul atau hal aneh yang tak masuk akal. Namun mitos menurut Barthes itu sendiri merupakan sebuah bahasa, dalam artian mitos adalah sebuah pesan (Vera, 2014).

Dalam film Indonesia "Imperfect" (2019) penulis menemukan beberapa scene yang sesuai dengan model atau konsep semiotik menurut Barthes.

Scene 1

Dialog : Isi kepala aja gak cukup, penampilan juga penting karena kita juga harus ketemu brand-brand ternama (Mas Kelvin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun