Mohon tunggu...
Priscilla Aurelia Xena
Priscilla Aurelia Xena Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Usir Insecurity Serta Belajar Mencintai Diri Sendiri Lewat Film Imperfect (2019)

19 Oktober 2020   22:09 Diperbarui: 20 Oktober 2020   12:53 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://kabarbesuki.pikiran-rakyat.com/entertaiment/pr-19590831/film-imperfect-karya-kelima-ernest-prakasa-telah-rilis-di-netflix

Kalian mungkin pernah menonton salah satu film Indonesia yang laris manis dipasaran. Film tersebut merupakan garapan sutradara muda berbakat Ernest Prakasa. "Imperfect",  sebuah film yang sudah liris di tahun 2019 tersebut sangat melekat di hati para penontonnya. "Imperfect" berhasil menyentuh banyak orang yang mengalami kejadian serupa di lingkungannya. Cerita yang disajikan sesuai dengan realitas sosial yang akhir-akhir ini cukup berkembang di masyarakat yakni body shaming atau bullying yang dilakukan seseorang untuk mencela fisik seorang yang lain.

Ernest menjelaskan bahwa ia ingin membebaskan suatu isu yang berkembang di masyarakat lewat sebuah film. Isu tersebut mengacu pada seseorang yang seringkali meremehkan dan tidak peduli terhadap hinaan secara fisik yang ia lontarkan kepada seorang lainnya. Bahkan hal tersebut mungkin bagi sebagian orang merupakan hal lumrah dan sudah biasa dilakukan. Secara tidak sadar ejekan atau lelucon yang ia berikan menimbulkan rasa cemas, insecure, bahkan depresi. Apalagi saat ini jaman semakin berkembang, hadirnya media membuat sebagian orang mudah membandingkan dirinya dengan orang lain. Komentar-komentar negatif yang diberikan pun tak jarang ditemukan.

Melalui film tersebut, Ernest ingin memberikan sebuah motivasi dimana seseorang tak harus peduli dengan standart kecantikan masyarakat."Cantik itu berawal dari ketidaksempurnaan" entah memiliki kulit putih,coklat,hitam atau berambut kribo,lurus, keriting, tinggi,pendek,gendut, kurus semua adalah sama dimata Tuhan. Film tersebut mengajak para penonton untuk peduli akan dirinya sendiri.

sumber : komentar ig imperfect_theseries
sumber : komentar ig imperfect_theseries
Perubahan sosial yang terjadi cukup besar. Banyak orang yang termotivasi setelah menonton film tersebut. Mereka mulai menyadari pentingnya mencintai diri sendiri, mensyukuri apa yang diberikan, serta fokus pada hal-hal yang sesuai dengan keinginan pilihan hidup masing-masing. That's self love!

sumber: komentar ig imperfect_theseries
sumber: komentar ig imperfect_theseries

Dalam film tersebut terdapat lelucon-lelucon yang mengocok perut para penontonnya. Eitss jangan salah sangka, guyonan yang disajikan dalam film tersebut dibuat tidak sembarangan lho. Mereka membuat humor secara hati-hati, tidak hanya sekedar lelucon lucu tetapi terdapat unsur singgungan positif dari berbagai sisi. Film tersebut mengambil genre comedy, romance dan family. Seperti yang kita ketahui Ernest merupakan sutradara yang identik dengan komedi di setiap filmnya. Secara ia merupakan jebolan sebuah acara tv yang sudah tidak asing ditelinga masyarakat yakni Stand Up Comedy Indonesia. Selipan comedy di beberapa adegan ketika Neti mengatakan "insesurity" , juga ketika ia menjemur pakaian dalam menambah kesan epic film tersebut. Selain itu, terdapat beberapa scene romantis antara Dika dan Rara serta scene family yakni konflik antar saudara dan orang tua Rara.

sumber: https://www.kincir.com/movie/cinema/quotes-nonton-film-imperfect
sumber: https://www.kincir.com/movie/cinema/quotes-nonton-film-imperfect
Bicara mengenai konsumsi dalam sebuah film, Imperfect merupakan sebuah film yang berhasil menduduki urutan pertama yakni 2.662.356 penonton dalam 55 hari penayangan mengalahkan film Dua Garis Biru. Tak hanya untuk konsumsi masyarakat yang sudah dewasa, film tersebut juga sudah layak ditonton untuk para remaja yang mulai kehilangan kepercayaan dirinya. Film tersebut mengajak berbagai lapisan masyarakat untuk bersama mewujudkan mimpi tanpa dihalangi rasa insecure. 

sumber: ig imperfect_theseries
sumber: ig imperfect_theseries

Film tersebut kebanyakan ditonton oleh para wanita terutama para wanita korban body shaming yang sudah kehilangan kepercayaan dirinya. Upss film tersebut  tidak hanya dikonsumsi oleh para kaum hawa saja lho!

sumber: komentar ig imperfect_theseries
sumber: komentar ig imperfect_theseries
"Imperfect" ditayangkan lebih dari 20 kota di Indonesia. Selain ditayangkan di layar lebar, saat ini film tersebut juga hadir dalam layanan streaming ternama yakni Iflix serta Netflix. Antusias dari para penikmat film bisa dilihat ketika penonton bahkan sejumlah artis ternamapun memberi apresiasi positif dalam penayangannya. Film tersebutjuga sudah berhasil menutup biaya yang dikeluarkan selama proses produksi tersebut.

sumber: imperfect_theseries film hadir di berbagai kota
sumber: imperfect_theseries film hadir di berbagai kota

sumber : ig imperfect_theseries antusias penonton
sumber : ig imperfect_theseries antusias penonton

Sekarang mari bahas yuk semiotika yang terdapat pada sebuah film "Imperfect"!

Kali ini penulis akan membahas teori semiotika yang dikemukakan oleh salah satu tokoh yakni Roland barthes. Teori Roland Barthes memaparkan dua tingkat dari pertandaan yakni denotasi dan konotasi. Denotasi adalah hubungan antara tanda dengan realitas dalam pertandaan itu sendiri, sedangkan konotasi yakni aspek dari suatu makna yang berhubungan dengan rasa dan emosi serta berbagai nilai kebudayaan dan juga ideologi (Piliang, 2003, h. 16- 18).

Menurut Barthes, semiologi yakni mempelajari bagaimana manusia memaknai sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Jadi, sebenarnya objek merupakan sebuah tanda yang membawa pesan tersirat. Jika dalam pandangan Saussure menekankan penandaan hanya dalam tataran denotasi dan konotasi. Namun dalam pemikiran Barthes, penandaan milik Saussure tersebut tambah disempurnakan lagi dengan konsep penandaan konotatif dan mitos (Vera, 2014, h.27). Mitos menurut pandangan Barthes bukan merupakan mitos yang berkembang di masyarakat yang misalnya mempunyai arti seperti tahayul atau hal aneh yang tak masuk akal. Namun mitos menurut Barthes itu sendiri merupakan sebuah bahasa, dalam artian mitos adalah sebuah pesan (Vera, 2014).

Dalam film Indonesia "Imperfect" (2019) penulis menemukan beberapa scene yang sesuai dengan model atau konsep semiotik menurut Barthes.

Scene 1

Dialog : Isi kepala aja gak cukup, penampilan juga penting karena kita juga harus ketemu brand-brand ternama (Mas Kelvin)

Denotasi: Mas Kelvin memberitahu Rara syarat untuk menjadi manajer di perusahaan tersebut

Konotasi: Mas Kelvin menyindir soal fisik Rara yang tidak terlihat seperti Marsha yakni putih, langsing dan menarik

Mitos: Standart kecantikan wanita Indonesia yakni memiliki tubuh langsing, putih dan tinggi

Scene 2

Dialog: Mau kemana kak? Pakai sunblock kan? (Mama Rara)

Denotasi: Terlihat Mama Rara yang mengingatkan Rara untuk menggunakan sunblock.

Konotasi: Mama Rara mengingatkan agar kulit Rara tidak semakin menghitam karena ia berpergian menggunakan motor.

Mitos: Sunblock merupakan krim pelindung sinar UVA & UVB matahari, krim tersebut digunakan untuk menghindari kulit yang gosong akibat sinar matahari.

Scene 3

Dialog: Makan siang tuh gitu salad, bukan nasi padang ( Fey A.k.a teman kantor Rara)

Denotasi: Terlihat Fey yang menyinggung Marsha dan teman-teman yang mengonsumsi salad. Sedangkan Rara, disamping Fey mengonsumsi nasi padang sebagai menu makan siang

Konotasi: Fey mengingatkan untuk mengonsumsi makanan sehat rendah lemak seperti salad, bukan nasi padang yang kaya akan lemak agar tidak semakin gemuk.

Mitos: Nasi padang mengandung lemak yang dapat membuat badan terlihat berisi ketika dikonsumsi terlalu berlebihan. Sedangkan salad berisi buah dan sayur yang baik dikonsumsi terutama bagi seseorang yang sedang diet.

Sebenarnya masih banyak sekali model semiotika Barthes yang terdapat pada film "Imperfect", coba mungkin kalian bisa temukan konsep semiotika tersebut di dalam film ini!

Nah, film tersebut ternyata juga mengandung paradigma kritis

Apa itu Paradigma Kritis?

Paradigma kritis merupakan adanya berbagai macam kekuatan yang berbeda dalam masyarakat yang mengontrol proses komunikasi. Dalam film tersebut paradigma kritis mengacu pada masalah atau konflik sosial di masyarakat yang memiliki pengaruh. Paradigma kritis memiliki sebuah tujuan yakni menghadirkan perubahan, memperbaiki kondisi sosial yang ada dalam sebuah lingkungan.

Film "Imperfect" jelas menceritakan realitas sosial dan ingin merubah stigma negatif yang dimiliki oleh sebagian orang. Kritik sosial terhadap standart kecantikan selalu menjadi sebuah konflik yang tak terelakan. Perubahan mindset sangat ditekankan yakni mengenai stereotip "Cantik harus putih,langsing, tinggi dan smart". Selain itu, film tersebut mengajarkan nilai mengenai sikap dan sifat dimana perubahan penampilan yang terjadi pada Rara juga merubah sifat dan lingkungan Rara sendiri.

Salah satu scene yang membentuk persepsi masyarakat dalam dunia kerja ketika mas Kelvin berkata bahwa isi kepala aja gak cukup, penampilan juga penting. Hal tersebut cukup membuat Rara berpikir. Penampilan yang dimaksud seperti apa? Apakah harus makeup, tinggi, putih, langsing seperti Marsha? Jawabannya adalah "Ya". Dari dialog tersebut hal apa yang ingin disampaikan? Beberapa orang pasti berpikiran sama bahwa standart kecantikan yakni terpancar dari seorang Marsha. Pada akhir scene film, ada sebuah adegan ketika Rara melakukan pidato kecil, hal itu menjadi menarik ketika disekitar tempat terdapat foto wajah dengan kecantikan yang beragam milik sejumlah anak kos Dika. 

Film tersebut ingin mengubah mindset para penonton bahwa hal tersebut merupakan pemikiran yang salah. Cantik itu relatif, semua cantik apa adanya. Ketika seseorang sudah mengetahui arti cantik itu sendiri maka kalianpun akan  mulai menghargai apa yang terjadi di sekitar kalian. Jika kalian mulai berpikir positif, tidak sembarangan dalam berbicara, menghargai baik buruk seseorang dengan begitu hidup akan jauh lebih bahagia. Film tersebut mengajarkan dengan hal sederhana seseorang bisa membuat hidup jauh lebih bermakna.


Daftar Pustaka

Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika Dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia

Piliang,Yasraf. (2003). Hipersemiotika Tafsir Cultural Studie Atas Matinya Makna. Yogyakarta : Jalasutra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun