Mohon tunggu...
MJ Project
MJ Project Mohon Tunggu... Production House

A creative person who's passionate with ambition

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karakteristik Manusia Komunikan pada Gen Z

12 Desember 2023   12:32 Diperbarui: 12 Desember 2023   12:46 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Self Harm (cottonbro studio/Pexels)

Manusia tidak hanya sekadar makhluk biologis, tetapi juga makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi sosial merupakan proses saling mempengaruhi antara individu atau kelompok dalam situasi sosial tertentu. Dalam interaksi sosial, manusia menggunakan komunikasi sebagai alat untuk menyampaikan pesan, informasi, gagasan, perasaan, dan sikap.

Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara dua atau lebih pihak melalui simbol-simbol verbal dan nonverbal. Suatu komunikasi yang efektif akan terjadi apabila makna pesan yang dipersepsikan penerima sama dengan maksud dan bayangan pengirim (Rakhmat, 2018). Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena melalui komunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan sosial, psikologis, dan spiritualnya. Komunikasi adalah bagian penting dari tumbuh kembangnya kepribadian manusia dan berkaitan erat dengan pola tingkah laku, kesadaran dan pengalaman manusia sebelum dan sesudah bertindak (Revika, 2019). Komunikasi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku manusia.

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan Tindakan. Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenai individu atau organisme itu (Darho, 2012).

Menurut Sigmund Freud, Perilaku manusia tidak terjadi secara acak, melainkan merupakan hasil interaksi dari tiga subsistem dalam kepribadian manusia. yakni: Id, Ego dan Superego. Id berisi dorongan-dorongan biologis manusia, pusat insting dan hawa nafsu. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan, bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu kenyataan. Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realistis dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang mampu menundukkan hasrat hewani manusia. Yang terakhir adalah Superego. Merupakan polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Super ego adalah hati nurani yang merupakan internalisasi dari norma sosial dan kultural masyarakat. Jadi perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis Id, komponen psikologis Ego, dan komponen sosial Superego.

Ketiga subsistem ini saling berinteraksi dan berkonflik dalam menentukan perilaku manusia. Manusia komunikan adalah manusia yang mampu mengelola konflik antara Id, Ego, dan Superego secara harmonis dan produktif melalui komunikasi yang efektif. Manusia komunikan memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, seperti: memiliki kesadaran komunikasi, memiliki keterampilan komunikasi, memiliki sikap positif terhadap komunikasi, memiliki motivasi komunikasi, dan memiliki kompetensi komunikasi. Makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang karakteristik-karakteristik manusia komunikan dan implikasinya bagi pengembangan diri dan masyarakat.

Struktur kepribadian manusia terdiri dari 3 bagian yaitu: 

  • Id 

Id ini merupakan bagian tidak sadar yang terdiri dari insting dan dorongan biologis. Id ini ingin memuaskan keinginan segera dan tidak terkendali, tanpa memperhatikan konsekuensi moral atau realitas sosial 

  • Ego 

Pada bagian ini berfungsi untuk menengahi id dan realistis eksternal, ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, mencoba untuk memenuhi keinginan id secara realistis dan sesuai dengan norma-norma sosial tanpa menimbulkan konflik 

  • Super ego 

Super ego ini sendiri merupakan bagian kepribadian yang menginternalisasi norma-norma sosial, moral dan nilai-nilai yang diajarkan orang tua atau masyarakat. Superego berperan sebagai penilai dan pengawasan terhadap perilaku manusia, memberikan rasa bersalah atau puas sebagai respons sebagai tindakan yang sesuai atau tidak sesuai dengan standar moral yang dimiliki  

Teori ini menjelaskan tentang bagaimana interaksi antara 3 komponen dapat mempengaruhi perilaku dan kepribadian  seseorang dan bisa menyebabkan kecemasan bahkan konflik lain nya.

Ilustrasi Self Harm (cottonbro studio/Pexels)
Ilustrasi Self Harm (cottonbro studio/Pexels)
Kasus self harm sudah tidak lagi asing lagi pada zaman sekarang khususnya juga pada kalangan gen Z. Para remaja yang melakukan self harm seringkali mengalami gangguan mental atau psikologis yang tidak ditangani dengan benar. Seperti yang terjadi pada Karangasem, Bali, 2023, terdeteksi oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga yang menemukan bahwa banyak remaja perempuan yang melakukan self harm dan tercatat di salah satu sekolah ada sebanyak 49 korban self harm. Motif mereka dalam melakukan hal tersebut, terdapat beragam alasan yang berbeda, contohnya masalah bullying, kehilangan atau perceraian orang tua, dan sebagainya. Tidak dipungkiri juga bahwa ada yang mengalami gangguan kesehatan mental seperti anxiety disorder dan panic attack. Dengan terdeteksi banyak nya remaja yang melakukan self harm pun pihak sekolah maupun menteri pun langsung menangani secepatnya dan menekankan bahwa pentingnya peran orang tua dan lingkungan serta psikologi dalam kasus ini. 

Pada kasus self harm ini dapat dilihat dari perspektif dan teori yang digunakan untuk memahami perilaku Self-harm yaitu : 

  • Teori Psikodinamik  

Pada Teori Psikodinamik ini sendiri menganggap bahwa Self-harm itu merupakan bentuk ekspresi dari konflik batin yang tidak terungkap yang dimana individu secara tidak sadar menggunakan tindakan untuk melukai diri sendiri sebagai cara untuk mengatasi atau mengalihkan rasa sakit emosional 

  • Teori Behavioral 

Pada Teori Behavioral ini fokus terhadap aspek penguatan dari perilaku Self-harm yang dimana individu mengalami perasaan lega atau pengurangan ketegangan setelah melukai diri 

  • Teori Kognitif 

Teori Kognitif ini sendiri merupakan Teori sebagai manifestasi dari pemikiran negatif yang berlebihan seperti, tidak dihargai atau gagal.

  • Teori Sosiokultural 

Pada Teori ini disebutkan adanya faktor-faktor lingkungan, seperti, keluarga, teman, tuntutan sosial bahkan ekonomi.

Hasil analisis terhadap karakteristik manusia komunikan khususnya pada generasi Z, yaitu komunikasi sendiri dapat dipastikan memiliki berbagai unsur pokok serta dasar-dasar dalam berkomunikasi, baik dari sudut pandang komunikan maupun komunikator namun, pada penelitian ini dapat kita telusuri lebih dalam mengenai keunikan generasi Z dalam memposisikan dirinya sebagai komunikan. Pada kasus dalam penelitian ini, mungkin kisah seperti pembulian di lingkungan sekolah ataupun self harm (menyakiti diri sendiri) banyak kita dapati dimanapun dan dalam jangka usia berapapun namun, terdapat satu hal yang menjadi poin tersendiri pada generasi Z dalam berkomunikasi khusus nya saat menjadi komunikan. 

Seperti yang kita ketahui generasi Z merupakan generasi yang lahir diantara tahun 1996 dan 2012, dimana pada saat itu era digital tumbuh secara pesat sehingga teknologi dan media sosial menjadi bagian terpenting hingga saat ini. Generasi Z sendiri dikenal sebagai zoomer yang memiliki arti suatu kelompok demografis yang menggantikan generasi millenial dan sebelum generasi alfa. Hal ini menyebabkan generasi ini berkembang pada masa peralihan yang menyebabkan banyak nya informasi yang datang dengan mudah serta kiblat kehidupan yang beragam. Melimpahnya informasi ini memanglah bersifat positif apabila suatu individu dapat mencerna serta menyaring informasi tersebut dengan baik dan tepat namun, kebanyakan dari masyarakat saat ini khususnya generasi Z tidak dapat menyerap informasi tersebut secara saksama, tidak jarang informasi tersebut akhirnya ditelan secara bulat-bulat  tanpa tau kebenaran ataupun kekurangan dari informasi tersebut. 

Hal tersebut berkaitan dengan teori yang mempelajari interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (Ego), dan komponen sosial (Superego) dimana setelah terjadi penyerapan suatu informasi yang didapat, informasi tersebut harus dikelompokan oleh diri kita sebagai informasi yang harus diterima serta diaplikasikan langsung pada kehidupan kita, ataupun informasi tersebut tidak harus diterima serta diaplikasikan dalam kehidupan kita. Proses tersebut yang akhirnya akan menghasilkan perilaku selanjutnya dari hasil interaksi antara komponen-komponen diatas.

Pada kasus ini, penyebab terjadinya konflik atau permasalahan yaitu, proses  penempatan interaksi antara komponen-komponen diatas yang tidak tepat. Khusus nya pada generasi Z yang memiliki faktor lain seperti pengaruh budaya luar ataupun kurangnya pemahaman tentang etika dan moral dasar. Marak nya informasi yang didapat serta kurangnya pengawasan dari pihak yang lebih bijak, mengakibatkan informasi terserap tanpa adanya pemahaman yang mendalam.

(Polina Tankilevitch/ Pexels)
(Polina Tankilevitch/ Pexels)
Artikel yang kami buat menggambarkan bagaimana kompleksitas manusia terutama pada Gen Z yang mana contoh yang kami ambil pada studi kasus yang tertera, manusia sebagai makhluk sosial berkomunikasi untuk saling mempengaruhi dalam interaksi sosial. komunikasi menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan sosial, psikologis dan juga spiritual manusia.

Teori yang kami ambil yaitu kepribadian sigmund freud yang mencakup id, ego dan superego, dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan manusia untuk memahami interaksi manusia dalam menentukan perilaku manusia, konflik dari tiga sub teori ini menjadi bagian dari kehidupan manusia, dalam konteks komunikasi, tiap individu diharapkan mampu mengatur konflik tersebut dengan komunikasi yang efektif.

Kasus self harm yang dilakukan oleh beberapa masyarakat Gen Z menggambarkan dampak negatif dari gangguan mental yang tidak berhasil ditangani dengan baik. Teori Psikodinamik, behavioral, kognitif, dan sosio kultural digunakan untuk memahami motivasi dan faktor lingkungan dibalik perilaku individu tersebut.

Maka dari itu penting bagi masyarakat terutama Gen Z pada kasus self harm tersebut untuk mengembangkan kesadaran komunikasi, keterampilan dan sikap positif terhadap komunikasi, faktor faktor ini membentuk dasar untuk mengelola konflik internal dan eksternal dengan lebih baik, sehingga mereka dapat berkembang secara positif baik secara pribadi ataupun hubungan dan interaksi dengan individu lain, selain itu, pendekatan holistik yang melibatkan peran lingkungan dan psikolog sangat penting dalam menangani masalah seperti self harm di kalangan Gen Z.

LINK YOUTUBE PODCAST KARAKTERISTIK MANUSIA KOMUNIKAN: Karakteristik Manusia Komunikan 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun