Terkadang orang menyampaikan dan berbicara tanpa memikirkan perasaan orang lain, apa perkataan nya akan membuat pendengar sakit hati, membekas dalam pikiran atau bahkan yang lebih parah berimbas kepada rusaknya mental seseorang. sebenarnya, berkata jujur itu boleh. tetapi, jangan sampai kejujuran itu membawa seseorang  menjadi lebih buruk.Â
karena hal seperti itu bisa mempengaruhi kepada mental seseorang yang merasakannya, bangun dari rasa terpuruk akibat hinaan dan omongan orang lain adalah hal yg sulit.Â
seperti yang dialami Helen pada cerita Whalegirl by Ann Wuehler, Dalam cerita ini, Helen berjuang dengan tubuhnya yang dianggap "tidak ideal" oleh standar masyarakat. Ia merasa malu terhadap ukuran tubuhnya, dan rasa malu itu tertanam sejak usia muda, diperkuat oleh perlakuan orang lain, komentar keluarga, dan tekanan sosial. Rasa malu ini menjadi begitu dalam hingga memengaruhi bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain, bagaimana ia memilih untuk menutup diri, dan bagaimana ia melihat kemampuannya untuk dicintai atau dihargai.
Tema ini menggambarkan bahwa Rasa malu bukan hanya emosi sementara, tapi bisa menjadi identitas yang tertanam. citra diri yang negatif juga bisa membuat seseorang menjauh dari hubungan sosial dan kesempatan untuk berkembang. Masyarakat sering kali berperan besar dalam membentuk standar kecantikan atau tubuh ideal yang merugikan banyak individu.
Perjuangan melawan shame adalah proses yang berat, tapi penting untuk menemukan kembali makna harga diri dan penerimaan diri. Dengan kata lain, cerita ini adalah potret emosional tentang dampak psikologis dari standar sosial yang sempit, dan bagaimana seseorang bisa terjebak dalam citra dirinya sendiri karena rasa malu yang berulang-ulang ditegaskan oleh lingkungan sekitar.
Sama halnya dengan kondisi sosial saat ini, tema "Whale Girl" sangat relevan karena masyarakat modern semakin dikuasai oleh standar kecantikan yang sempit dan tidak realistis. Media sosial memperkuat tekanan ini dengan menampilkan tubuh-tubuh "sempurna" Â menciptakan ilusi bahwa nilai seseorang tergantung pada penampilan fisiknya. Akibatnya, banyak individu, terutama remaja dan perempuan, mengalami krisis citra diri, merasa malu terhadap tubuh mereka sendiri, dan sulit menerima diri apa adanya. Budaya body shaming, komentar merendahkan, serta perbandingan sosial yang konstan membuat shame menjadi pengalaman yang sistemik dan menyakitkan.
Dampaknya sangat serius bagi korban. Rasa malu yang terus-menerus bisa menghancurkan kepercayaan diri, menimbulkan gangguan makan, depresi, kecemasan, bahkan pikiran untuk menyakiti diri sendiri. Korban mungkin menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa tidak cukup baik atau tidak pantas untuk dicintai. Ini menunjukkan bahwa shame dan self-image bukan hanya masalah psikologis individu, tetapi juga produk dari tekanan sosial yang perlu diatasi secara kolektif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membangun lingkungan yang lebih inklusif dan empatik, di mana keberagaman bentuk tubuh diterima dan dihargai tanpa syarat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI