Faktor internal merupakan aspek utama dan pertama yang sangat berperan dalam menentukan kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi. Secara umum, faktor ini mencakup kondisi fisik (jasmaniah) dan kondisi mental atau spiritual (rohaniah).
- Faktor jasmaniah. Faktor ini berkaitan dengan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan. Konsentrasi belajar cenderung lebih optimal apabila individu berada dalam keadaan tubuh yang sehat dan prima. Beberapa indikator kondisi jasmaniah yang mendukung konsentrasi antara lain: tubuh dalam keadaan sehat dan tidak mengidap penyakit serius; berada dalam kondisi fisik yang bugar; memiliki waktu tidur dan istirahat yang cukup; memperoleh asupan makanan dan minuman yang sesuai dengan standar gizi; fungsi seluruh pancaindra berjalan normal; tidak mengalami gangguan neurologis seperti kejang, epilepsi (ayan), atau hiperaktivitas; tidak memiliki gangguan sistem saraf; tidak merasakan nyeri akibat penyakit tertentu; memiliki detak jantung yang stabil; serta memiliki pola pernapasan yang normal dan teratur.
- Faktor rohaniah. Agar mampu mencapai konsentrasi yang efektif, kondisi rohaniah seseorang idealnya memenuhi beberapa kriteria. Di antaranya adalah menjalani kehidupan sehari-hari dalam suasana yang cukup tenang, memiliki kepribadian yang baik seperti kesabaran dan konsistensi, serta menjalankan ibadah secara rutin sebagai sarana untuk mendukung ketenangan batin dan kemampuan pengendalian diri. Individu juga sebaiknya tidak sedang dilanda masalah berat, bebas dari emosi yang berlebihan, dan tidak berada dalam tekanan stres yang intens. Rasa percaya diri yang memadai, ketekunan dalam menghadapi tantangan, serta semangat yang tidak mudah surut menjadi faktor pendukung penting. Selain itu, penting bagi seseorang untuk terbebas dari gangguan psikologis seperti rasa takut yang berlebihan, kekhawatiran terus-menerus, dan kegelisahan.
Pada masa usia 12 hingga 20 tahun, individu juga diharapkan tidak mengalami krisis identitas. Krisis ini merupakan kumpulan masalah psikososial yang mencakup ketidakjelasan citra diri, kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat, kurangnya kesadaran terhadap pentingnya manajemen waktu, serta ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas yang memerlukan fokus dan konsentrasi (Setyani & Ismah, 2018).
4. Faktor Penghambat Konsentrasi Belajar
Keberhasilan dalam memusatkan pikiran sangat bergantung pada individu itu sendiri. Bahkan ketika berada di lingkungan yang paling kondusif sekalipun, seseorang masih bisa kehilangan fokus karena pikirannya melayang ke hal-hal lain di luar aktivitas yang sedang dijalani. Menurut Setyani dan Ismah (2018), terdapat sejumlah gangguan yang dapat menyebabkan mahasiswa mengalami penurunan konsentrasi dalam belajar. Gangguan-gangguan tersebut umumnya terbagi ke dalam dua kategori utama, yaitu:
- Faktor internal. Faktor internal merupakan penyebab gangguan konsentrasi yang berasal dari dalam diri individu. Secara umum, faktor ini terbagi menjadi dua kategori utama. Pertama, faktor jasmaniah, yaitu kondisi fisik seseorang yang tidak dalam keadaan prima atau sedang mengalami gangguan kesehatan. Contohnya seperti rasa mengantuk, lapar, haus, gangguan pada pancaindra, masalah pencernaan, jantung, atau pernapasan. Kedua, faktor rohaniah, yakni kondisi mental atau psikologis seseorang yang dapat menghambat kemampuan untuk berkonsentrasi, seperti perasaan tidak tenang, mudah gugup, emosional, kurang sabar, mudah cemas, stres, hingga depresi.
- Faktor eksternal. Faktor eksternal adalah penyebab gangguan konsentrasi yang berasal dari luar individu, yaitu kondisi lingkungan di sekitarnya. Gangguan semacam ini sering muncul ketika seseorang merasa tidak nyaman saat menjalankan aktivitas yang membutuhkan fokus penuh. Contohnya meliputi ruang belajar yang terlalu sempit, lingkungan yang kotor, udara yang tercemar, atau suhu ruangan yang terlalu panas. Diperlukan upaya ekstra untuk mengurangi dampak dari gangguan-gangguan tersebut. Namun, yang jauh lebih penting adalah bagaimana seseorang, tetap mampu menjaga konsentrasi belajar yang baik agar tetap dapat menjalankan aktivitas secara optimal, meskipun berada dalam kondisi lingkungan yang kurang ideal.
Metodologi Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Pendekatan kuantitatif korelasional merupakan jenis penelitian yang mengandalkan data berupa angka dan dianalisis secara statistik untuk mengungkap dan mengukur hubungan antara dua atau lebih variabel. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti, serta sejauh mana kekuatan dan arah hubungan tersebut. Dalam konteks penelitian ini, rancangan tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar mahasiswa.
Populasi dan Sampel
- Populasi. Populasi merupakan keseluruhan objek yang menjadi fokus dalam suatu penelitian atau pengamatan, di mana objek-objek tersebut memiliki karakteristik yang serupa. Jumlah populasi bisa sangat besar, mencakup ribuan individu, atau bisa juga lebih spesifik hanya terdiri dari ratusan orang (Nuryadi et al., 2017). Menurut Surahman et al. (2016), populasi adalah keseluruhan elemen yang memiliki karakteristik tertentu dan dapat diteliti. Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah seluruh mahasiswa aktif dari berbagai program studi, mulai dari semester 2 hingga semester 8, baik yang berasal dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) maupun dari universitas lainnya.
- Sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili keseluruhan populasi dalam suatu penelitian. Menurut Polit dan Beck (2012), pengambilan sampel adalah proses memilih sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili keseluruhan. Sampel diambil dari populasi yang terjangkau dan digunakan sebagai subjek penelitian melalui proses sampling. Nursalam (2020) menjelaskan bahwa sampling merupakan proses pemilihan sebagian unit dari populasi yang dinilai mampu mewakili karakteristik populasi secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, sampel terdiri dari 30 mahasiswa aktif semester 2 hingga 8, baik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) maupun dari universitas lain.
Variabel Penelitian
- Variabel Independen (X) (Variabel bebas). Variabel independen merupakan variabel yang memengaruhi atau memberikan dampak terhadap variabel lainnya. Dalam penelitian ini, variabel independennya adalah kebiasaan sarapan pagi, yang diduga memiliki pengaruh terhadap tingkat konsentrasi belajar mahasiswa.
- Variabel Dependen (Y) (Variabel Terikat). Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel ini menjadi fokus pengamatan dan pengukuran untuk mengetahui apakah terdapat hubungan atau pengaruh dari variabel independen (Nursalam, 2020). Dalam penelitian ini, variabel dependen yang diteliti adalah tingkat konsentrasi belajar mahasiswa.
Teknik Pengumpulan Data
- Instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner tersebut mencakup dua bagian utama, yaitu data mengenai kebiasaan sarapan pagi dan tingkat konsentrasi belajar mahasiswa.
- Kuesioner A. Kuesioner A yaitu kuesioner kebiasaan sarapan menggunakan kuesioner penelitian dengan skala likert dengan pilihan jawaban, tidak pernah=1, jarang=2, kadang-kadang=3, sering=4, selalu=5 sebanyak 10 pernyataan.
- Kuesioner B. Kuesioner B yaitu kuesioner konsentrasi belajar menggunakan kuesioner penelitian dengan skala likert dengan pilihan jawaban, tidak pernah=1, jarang=2, kadang-kadang=3, sering=4, selalu=5 sebanyak 10 pernyataan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
- Lokasi. Penelitian ini dilaksanakan secara daring tanpa terikat pada lokasi fisik tertentu. Proses pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner digital melalui platform Google Form. Tautan kuesioner disebarkan kepada responden melalui berbagai saluran komunikasi digital, seperti media sosial, grup percakapan, serta pesan pribadi
- Waktu penelitian. Penelitian dimulai pada tanggal 5 Juni 2025 sampai dengan 7 Juni 2025