Mohon tunggu...
aulia dewi anggreini
aulia dewi anggreini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketenangan yang Mencari Teduh dari Perempuan Penyejuk Puisi Sore Tadi

12 November 2022   20:59 Diperbarui: 12 November 2022   21:27 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semangkuk kenyataan terlampau jauh dari kursi bayangan. Kuah cemas tak lagi bersedia hangat. Lamunan terasa dingin menyusuri isi kepala yang terlanjur beku oleh titik-titik penolakan yang tertimbun.

Aku duduk bersama kehilangan, menyiapkan tangguh lebih penuh, untuk kusimpan dilemari do'a, agar setidaknya ketika rindu melangit, aku tak kesakitan memeluk.

Aku duduk bersama kehilangan, dipersimpangan semesta tanpa basa-basi, membungkus luka kemarin yang ternyata masih menganga, memesan harapan baik dari ratapan yang pernah buruk. 

Aku berdiri bersama praduga yang telah piawai mencemarkan air mata. Membasuh peluh tanpa keluh, Menampung ringkih supaya kembali pulih. Lagi-lagi menikmati senyum yang akhir-akhir ini mengalum.

Aku adalah penyejuk yang suka menulis karya perempuan bernama diri sendiri. Sampai berhasil menelanjangi sepi, atas hati yang seketika mati ditampar puisi.

Aku pun adalah kekeliruan yang berakhir dihakimi. Tanpa mencium bukti, ada batin yang pernah dibunuh hidup-hidup. Diserang mati-matin, tentang ketakutan yang telah lama kotor dihajar waktu.

Aku adalah aku yang sampai kapanpun tetap menjadi aku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun