Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Formal vs Nonformal Hadir untuk Saling Melengkapi Demi Masa Depan Anak-Anak

24 Juli 2024   11:57 Diperbarui: 24 Juli 2024   12:00 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Topik Kolaborasi Kompasiana kali ini mengangkat tema pendidikan nonformal dan pendidikan masyarakat, sebuah bahasan yang relevan dan penting di era modern ini. Pertanyaan seputar kecukupan pendidikan formal, peran pendidikan nonformal, dan antusiasme anak-anak terhadap taman baca menjadi pemantik bagi para Kompasianer untuk menuangkan ide dan pengalaman mereka.

Pendidikan merupakan kunci kemajuan bangsa. Dalam era modern ini, pendidikan formal menjadi landasan utama untuk membekali generasi muda dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di masa depan. Namun, apakah pendidikan formal saja cukup? Jawabannya, tidak. Pendidikan nonformal hadir sebagai pelengkap, memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengembangkan berbagai potensi dan karakter yang mungkin tidak terjamah dalam sistem pendidikan formal.

Pendidikan Formal adalah Fondasi Penting, Tapi Belum Cukup

Pendidikan formal, dengan kurikulum dan struktur yang terstruktur, memberikan fondasi penting bagi anak-anak. Namun, dalam kenyataannya, pendidikan formal tak selalu bisa memenuhi semua kebutuhan pendidikan anak. Keterbatasan waktu, fokus pada aspek akademis, dan kurangnya fleksibilitas dalam kurikulum menjadi beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan.

Pendidikan formal di Indonesia, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menekankan pada pembentukan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan, estetika, dan sikap yang dibutuhkan untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, kurikulum yang sering kali terlalu padat dan fokus pada pencapaian akademis semata, dapat menghambat pengembangan kreativitas dan potensi unik masing-masing anak.

Pendidikan Nonformal Dapat Memberikan Harapan Baru dan Peluang yang Luas

Di sinilah pendidikan nonformal hadir sebagai pelengkap. Pendidikan nonformal menawarkan fleksibilitas, keberagaman program, dan kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat anak secara lebih menyeluruh. Kursus musik, seni, olahraga, bahasa, dan berbagai keterampilan praktis lainnya dapat menjadi wadah bagi anak untuk mengeksplorasi potensi mereka dan menemukan passion mereka.

Pendidikan nonformal, seperti taman baca, memiliki peran penting dalam melengkapi pendidikan formal. Taman baca menyediakan akses ke berbagai buku dan sumber informasi yang mungkin tidak tersedia di sekolah. Selain itu, taman baca juga memberikan ruang bagi anak-anak untuk berinteraksi dan berdiskusi dengan orang lain, mengembangkan kreativitas, dan menumbuhkan kecintaan pada membaca.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, sekitar 60% anak di Indonesia mengaku bahwa mereka lebih suka membaca buku di taman baca atau perpustakaan umum dibandingkan di perpustakaan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa taman baca memiliki daya tarik tersendiri yang dapat meningkatkan minat baca anak-anak.

Oleh karena itu, penguatan dan pengembangan pendidikan nonformal perlu menjadi perhatian serius. Pemerintah, komunitas, dan pihak swasta perlu bersinergi untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas taman baca di seluruh Indonesia.

https://www.educenter.id/wp-content/uploads/2017/03/13879254_1077066692385830_7556957217221168559_n-960x500.jpg
https://www.educenter.id/wp-content/uploads/2017/03/13879254_1077066692385830_7556957217221168559_n-960x500.jpg

Saling Melengkapi

Baik pendidikan formal maupun nonformal memiliki peran penting dalam membentuk generasi penerus bangsa. Alih-alih dipertentangkan, keduanya perlu dikolaborasikan dan saling melengkapi. Pendidikan formal memberikan fondasi dasar, sedangkan pendidikan nonformal memperkayanya dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang relevan dengan kebutuhan dan minat anak.

Perpustakaan Sekolah dan Taman Baca

Melihat antusiasme anak-anak mengunjungi taman baca merupakan bukti nyata bahwa mereka memiliki rasa ingin tahu dan haus akan ilmu pengetahuan. Taman baca, dengan koleksi bukunya yang beragam dan suasananya yang nyaman, menjadi oase bagi anak-anak untuk menjelajahi dunia fantasi, memperluas wawasan, dan menumbuhkan kecintaan membaca.

Namun, realita di perpustakaan sekolah bisa berbeda. Kurangnya koleksi buku terbaru, ruang baca yang kurang kondusif, dan minimnya program menarik bagi anak-anak dapat menjadi faktor yang menghambat antusiasme mereka. Di sinilah peran penting para pemangku kepentingan, seperti sekolah, pemerintah, dan masyarakat, untuk meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah dan menjadikannya sebagai jantung literasi bagi para murid.

Perlu diakui bahwa pendidikan nonformal masih belum mendapatkan perhatian dan dukungan yang optimal. Kurangnya infrastruktur, minimnya tenaga pengajar yang berkualitas, dan stigma yang melekat pada pendidikan nonformal sebagai kelas "kelas dua" menjadi tantangan yang harus dihadapi. Pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk memperkuat dan mengedepankan pendidikan nonformal. Peningkatan anggaran, pelatihan tenaga pengajar, dan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan nonformal kepada masyarakat adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan.

Keberadaan taman baca di setiap daerah perlu diperbanyak dan didukung. Koleksi buku yang beragam, fasilitas yang nyaman, dan program-program menarik yang diselenggarakan secara rutin dapat menarik minat anak-anak untuk mengunjungi taman baca. Partisipasi aktif dari masyarakat, seperti donasi buku, menjadi relawan, dan mengadakan kegiatan literasi bersama anak-anak, juga sangatlah penting untuk keberlangsungan dan perkembangan taman baca.

Pendidikan Nonformal adalah Fondasi Pendidikan Indonesia Sejak Dulu

Pendidikan nonformal memiliki sejarah panjang di Indonesia, bahkan mendahului kehadiran sistem pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Di berbagai belahan dunia pun, pendidikan nonformal telah memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan karakter manusia.

Kisah Sukses Sistem Surau di Sumatera Barat

Di Indonesia, sistem surau di ranah Minang dan pesantren di Pulau Jawa merupakan contoh cemerlang pendidikan nonformal yang telah melahirkan banyak tokoh nasional dan pujangga. Kedua institusi ini telah menjadi wadah bagi masyarakat untuk belajar ilmu agama, moral, dan berbagai keterampilan hidup lainnya.

Surau di Minangkabau, Sumatera Barat, telah lama menjadi pusat pendidikan nonformal yang terbuka bagi semua kalangan masyarakat. Di surau, anak-anak diajarkan berbagai ilmu agama, seperti membaca Al-Qur'an, menghafal hadis, dan mempelajari fikih. Selain itu, mereka juga diajarkan berbagai keterampilan hidup, seperti bertani, berdagang, seni bela diri, dan tari tradisional.

Sistem pendidikan nonformal di surau Minangkabau terkenal dengan fleksibilitas dan adaptasinya terhadap kebutuhan masyarakat. Pembelajaran di surau tidak terikat oleh kurikulum yang kaku, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan dan minat para muridnya. Hal ini memungkinkan surau untuk menghasilkan individu-individu yang berkarakter kuat, berpengetahuan luas, dan memiliki keterampilan yang mumpuni.

Suasana kekeluargaan yang kental di surau menjadi wadah ideal bagi anak-anak untuk belajar dan tumbuh menjadi individu yang beriman, berakhlak mulia, dan memiliki kecintaan terhadap budaya Minangkabau. Tak heran, banyak tokoh nasional dan pemikir besar dari ranah Minang yang mengawali pendidikan mereka di surau.

Pesantren di Pulau Jawa

Di Pulau Jawa, pesantren juga telah menjadi institusi pendidikan nonformal sejak zaman Wali Songo dalam menyebarkan Islam sangat memainkan peran penting dalam perkembangan masyarakat. Pesantren pada awalnya hanya memadukan tiga unsur pendidikan, yakni ibadah untuk menanamkan iman, tablig untuk menyebarkan ilmu dan amal untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari terus berkembang. Sekarang pesantren juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum, seperti matematika, sains, dan bahasa.

Selain itu, pesantren juga menjadi pusat pengembangan moral dan karakter bagi para santrinya. Para santri diajarkan tentang nilai-nilai seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Keberhasilan surau dan pesantren dalam melahirkan tokoh-tokoh nasional dan pujangga menunjukkan bahwa pendidikan nonformal memiliki potensi besar dalam menghasilkan individu-individu yang berkualitas. Fleksibilitas, adaptasi, dan fokus pada pengembangan karakter menjadi faktor kunci yang berkontribusi pada kesuksesan pendidikan nonformal di Indonesia.

Tantangan dan Peluang Pendidikan Nonformal di Era Modern

Meskipun memiliki sejarah panjang dan peran penting dalam pendidikan di Indonesia, pendidikan nonformal saat ini masih menghadapi beberapa tantangan. Kurangnya standarisasi kurikulum, minimnya pendanaan, dan stigma masyarakat terhadap pendidikan nonformal masih menjadi kendala yang perlu diatasi.

Namun, di era modern ini, pendidikan nonformal juga memiliki banyak peluang untuk berkembang. Kemudahan akses informasi dan teknologi komunikasi memungkinkan pendidikan nonformal untuk menjangkau lebih banyak orang dan menawarkan program-program yang lebih beragam dan inovatif.

Pemerintah dan berbagai pihak terkait perlu mengambil langkah strategis untuk mendukung pengembangan pendidikan nonformal di Indonesia. Peningkatan kualitas infrastruktur, pelatihan tenaga pengajar, dan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan nonformal kepada masyarakat adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan.

Beberapa Contoh Pendidikan Nonformal

Pendidikan formal dan nonformal, bagaikan dua sayap yang memungkinkan generasi muda terbang tinggi menggapai cita-cita. Kolaborasi keduanya terbukti menghasilkan anak didik yang berkualitas, peduli terhadap masa depan, lingkungan, dan negaranya. Berikut beberapa contoh kasus inspiratif:

Komunitas Belajar Anak Jalanan di Semarang

Sebuah komunitas di Semarang berinisiatif menyelenggarakan pendidikan nonformal bagi anak-anak jalanan. Di luar jam sekolah formal, mereka mengikuti kelas belajar, pelatihan keterampilan, dan berbagai kegiatan pengembangan karakter. Hasilnya, anak-anak ini tidak hanya memiliki kemampuan akademis yang lebih baik, tetapi juga memiliki rasa percaya diri, kemandirian, dan kepedulian terhadap sesama.

Program Pelestarian Budaya di Desa Adat Bali

Sebuah sekolah di Bali bekerja sama dengan desa adat setempat untuk menyelenggarakan program pelestarian budaya. Di luar jam pelajaran formal, siswa diajarkan berbagai tradisi dan budaya Bali, seperti tari, musik, dan kerajinan tangan. Program ini menumbuhkan rasa cinta budaya dan identitas pada diri siswa, sekaligus mempersiapkan mereka untuk menjadi penerus budaya Bali.

Pelatihan Keterampilan Hidup di Sekolah Inklusif

Sebuah sekolah inklusif di Yogyakarta mengintegrasikan pendidikan nonformal berupa pelatihan keterampilan hidup dalam kurikulumnya. Siswa diajarkan berbagai keterampilan praktis, seperti menjahit, memasak, dan bertani. Keterampilan ini membekali mereka dengan kemampuan untuk mandiri dan berdaya di masa depan, terlepas dari keterbatasan fisik atau mental yang mereka miliki.

Program Edukasi Lingkungan di Sekolah Hutan:

Sebuah sekolah hutan di Kalimantan menerapkan program edukasi lingkungan yang memadukan pendidikan formal dan nonformal. Siswa tidak hanya belajar tentang teori sains dan lingkungan di kelas, tetapi juga diajak untuk melakukan praktik langsung di hutan, seperti menanam pohon, membersihkan sungai, dan mengamati flora dan fauna. Pengalaman langsung ini menumbuhkan kecintaan dan kepedulian siswa terhadap alam.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa

Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Mereka menyelenggarakan program pendidikan nonformal di desa-desa terpencil, memberikan pelatihan keterampilan kepada masyarakat, dan membantu meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah lokal. Kontribusi mereka membantu masyarakat di daerah terpencil untuk mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Komunitas Rumah Belajar Cijantung, Jakarta

Komunitas Rumah Belajar Cijantung di Jakarta Timur merupakan contoh kolaborasi inspiratif antara pendidikan formal dan nonformal. Berawal dari keprihatinan terhadap minimnya akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak di sekitar, komunitas ini didirikan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan warga sekitar. Komunitas ini menyediakan berbagai program pendidikan nonformal, seperti kelas bimbingan belajar, pelatihan keterampilan, dan kegiatan pengembangan karakter. Program-program ini dirancang untuk melengkapi pendidikan formal yang diterima anak-anak di sekolah.

Hasilnya, banyak anak didik dari Komunitas Rumah Belajar Cijantung yang berhasil meraih prestasi gemilang di sekolah. Selain itu, mereka juga tumbuh menjadi individu yang peduli terhadap lingkungan dan negaranya. Mereka aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan, dan memiliki rasa tanggung jawab untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Sekolah Alam Mentari, Bali

Sekolah Alam Mentari di Bali merupakan salah satu pelopor pendidikan holistik yang mengintegrasikan pendidikan formal dengan pendidikan alam dan budaya. Di sekolah ini, anak-anak tidak hanya belajar mata pelajaran umum, tetapi juga diajak untuk belajar langsung di alam, seperti berkebun, mengolah kompos, dan mengamati ekosistem.

Sekolah Alam Mentari juga memiliki program budaya yang kuat, di mana anak-anak belajar tentang tradisi dan nilai-nilai budaya Bali. Hal ini menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kepedulian terhadap budaya dalam diri anak-anak. Lulusan Sekolah Alam Mentari dikenal sebagai individu yang cerdas, kreatif, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan dan budaya. Mereka siap untuk menjadi agen perubahan positif bagi masyarakat dan negaranya.

Sanggar Belajar Masyarakat (SBM) Bina Karya, Yogyakarta

Sanggar Belajar Masyarakat (SBM) Bina Karya di Yogyakarta merupakan contoh pendidikan nonformal yang berhasil memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup mereka. SBM ini menyediakan berbagai pelatihan keterampilan, seperti menjahit, membatik, dan mengolah makanan. Pelatihan-pelatihan ini membantu para peserta untuk mendapatkan penghasilan tambahan dan meningkatkan taraf hidup mereka. Selain itu, SBM Bina Karya juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan, seperti mengadakan bakti sosial dan penyuluhan kesehatan. SBM Bina Karya menunjukkan bahwa pendidikan nonformal dapat memainkan peran penting dalam membangun masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan.

Potensi Pengembangan Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan di Indonesia. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, pendidikan nonformal dapat menjangkau lebih banyak anak-anak dan memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal.

1. Digitalisasi Pendidikan Nonformal

Di era digital ini, pendidikan nonformal dapat memanfaatkan teknologi untuk memperluas jangkauan dan efektivitasnya. Platform e-learning, aplikasi pendidikan, dan media sosial dapat digunakan untuk menyediakan materi pendidikan nonformal yang menarik dan interaktif. Selain itu, teknologi juga memungkinkan kolaborasi antara berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas, untuk menciptakan program pendidikan nonformal yang inovatif dan relevan.

2. Kemitraan dengan Sektor Swasta

Sektor swasta dapat berperan besar dalam mendukung pendidikan nonformal melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan nonformal untuk menyediakan fasilitas, pelatihan, dan sumber daya yang dibutuhkan. Selain itu, sektor swasta juga dapat membantu dalam menciptakan program-program yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, sehingga anak-anak yang mengikuti pendidikan nonformal memiliki keterampilan yang siap pakai di dunia industri.

3. Pengembangan Infrastruktur dan Fasilitas

Pengembangan infrastruktur dan fasilitas pendidikan nonformal sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menarik. Pembangunan taman baca, pusat pelatihan keterampilan, dan ruang-ruang belajar yang nyaman dapat meningkatkan minat anak-anak untuk mengikuti program pendidikan nonformal. Pemerintah dan berbagai pihak terkait perlu berinvestasi dalam pembangunan dan perbaikan fasilitas pendidikan nonformal di seluruh Indonesia.

4. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Pengajar

Kualitas tenaga pengajar merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan pendidikan nonformal. Pelatihan dan pengembangan bagi tenaga pengajar harus menjadi prioritas, dengan menyediakan berbagai program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, penghargaan dan insentif bagi tenaga pengajar yang berprestasi juga dapat meningkatkan motivasi dan dedikasi mereka dalam mengajar.

5. Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat

Pentingnya pendidikan nonformal perlu disosialisasikan secara luas kepada masyarakat. Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa pendidikan nonformal bukanlah pendidikan kelas dua, tetapi merupakan bagian integral dari sistem pendidikan yang dapat membantu anak-anak mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Partisipasi aktif masyarakat dalam mendukung program pendidikan nonformal, seperti menjadi relawan, mendonasikan buku, atau menyelenggarakan kegiatan literasi, sangatlah penting untuk keberhasilan dan keberlanjutan pendidikan nonformal di Indonesia.

Penutup

Pendidikan formal dan nonformal ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Kolaborasi keduanya, dengan dukungan dari berbagai pihak, akan membuka gerbang menuju masa depan pendidikan yang gemilang. Pendidikan formal memberikan fondasi yang kuat, sementara pendidikan nonformal memperkaya dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang relevan dengan kebutuhan dan minat anak-anak. Dengan dukungan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, pendidikan nonformal di Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun