Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Formal vs Nonformal Hadir untuk Saling Melengkapi Demi Masa Depan Anak-Anak

24 Juli 2024   11:57 Diperbarui: 24 Juli 2024   12:00 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.educenter.id/wp-content/uploads/2017/03/13879254_1077066692385830_7556957217221168559_n-960x500.jpg

Melihat antusiasme anak-anak mengunjungi taman baca merupakan bukti nyata bahwa mereka memiliki rasa ingin tahu dan haus akan ilmu pengetahuan. Taman baca, dengan koleksi bukunya yang beragam dan suasananya yang nyaman, menjadi oase bagi anak-anak untuk menjelajahi dunia fantasi, memperluas wawasan, dan menumbuhkan kecintaan membaca.

Namun, realita di perpustakaan sekolah bisa berbeda. Kurangnya koleksi buku terbaru, ruang baca yang kurang kondusif, dan minimnya program menarik bagi anak-anak dapat menjadi faktor yang menghambat antusiasme mereka. Di sinilah peran penting para pemangku kepentingan, seperti sekolah, pemerintah, dan masyarakat, untuk meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah dan menjadikannya sebagai jantung literasi bagi para murid.

Perlu diakui bahwa pendidikan nonformal masih belum mendapatkan perhatian dan dukungan yang optimal. Kurangnya infrastruktur, minimnya tenaga pengajar yang berkualitas, dan stigma yang melekat pada pendidikan nonformal sebagai kelas "kelas dua" menjadi tantangan yang harus dihadapi. Pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk memperkuat dan mengedepankan pendidikan nonformal. Peningkatan anggaran, pelatihan tenaga pengajar, dan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan nonformal kepada masyarakat adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan.

Keberadaan taman baca di setiap daerah perlu diperbanyak dan didukung. Koleksi buku yang beragam, fasilitas yang nyaman, dan program-program menarik yang diselenggarakan secara rutin dapat menarik minat anak-anak untuk mengunjungi taman baca. Partisipasi aktif dari masyarakat, seperti donasi buku, menjadi relawan, dan mengadakan kegiatan literasi bersama anak-anak, juga sangatlah penting untuk keberlangsungan dan perkembangan taman baca.

Pendidikan Nonformal adalah Fondasi Pendidikan Indonesia Sejak Dulu

Pendidikan nonformal memiliki sejarah panjang di Indonesia, bahkan mendahului kehadiran sistem pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Di berbagai belahan dunia pun, pendidikan nonformal telah memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan karakter manusia.

Kisah Sukses Sistem Surau di Sumatera Barat

Di Indonesia, sistem surau di ranah Minang dan pesantren di Pulau Jawa merupakan contoh cemerlang pendidikan nonformal yang telah melahirkan banyak tokoh nasional dan pujangga. Kedua institusi ini telah menjadi wadah bagi masyarakat untuk belajar ilmu agama, moral, dan berbagai keterampilan hidup lainnya.

Surau di Minangkabau, Sumatera Barat, telah lama menjadi pusat pendidikan nonformal yang terbuka bagi semua kalangan masyarakat. Di surau, anak-anak diajarkan berbagai ilmu agama, seperti membaca Al-Qur'an, menghafal hadis, dan mempelajari fikih. Selain itu, mereka juga diajarkan berbagai keterampilan hidup, seperti bertani, berdagang, seni bela diri, dan tari tradisional.

Sistem pendidikan nonformal di surau Minangkabau terkenal dengan fleksibilitas dan adaptasinya terhadap kebutuhan masyarakat. Pembelajaran di surau tidak terikat oleh kurikulum yang kaku, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan dan minat para muridnya. Hal ini memungkinkan surau untuk menghasilkan individu-individu yang berkarakter kuat, berpengetahuan luas, dan memiliki keterampilan yang mumpuni.

Suasana kekeluargaan yang kental di surau menjadi wadah ideal bagi anak-anak untuk belajar dan tumbuh menjadi individu yang beriman, berakhlak mulia, dan memiliki kecintaan terhadap budaya Minangkabau. Tak heran, banyak tokoh nasional dan pemikir besar dari ranah Minang yang mengawali pendidikan mereka di surau.

Pesantren di Pulau Jawa

Di Pulau Jawa, pesantren juga telah menjadi institusi pendidikan nonformal sejak zaman Wali Songo dalam menyebarkan Islam sangat memainkan peran penting dalam perkembangan masyarakat. Pesantren pada awalnya hanya memadukan tiga unsur pendidikan, yakni ibadah untuk menanamkan iman, tablig untuk menyebarkan ilmu dan amal untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari terus berkembang. Sekarang pesantren juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum, seperti matematika, sains, dan bahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun