Mohon tunggu...
Inovasi

Pendidikan Kesadaran Lingkungan: Tanggung Jawab Siapa?

25 April 2017   09:57 Diperbarui: 25 April 2017   19:00 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Bahkan, sering kali ketika saya hendak duduk di bangku belakang gereja yang saya hadiri pada ibadah pukul 6 pagi, saya melihat bungkusan permen berserakan di rak tempat menaruh tas atau Alkitab.

             Contoh diatas hanyalah sebagian kecil dari  pencemaran lingkungan yang kerap kali terjadi di negara kita. Dengan tingkat kesadaran lingkungan yang amat memprihatinkan ini, berbagai kota di Indonesia terutama Jakarta akan kerap kali mengalami banjir di tahun-tahun mendatang.  

             Mengapa tingkat kesadaran generasi muda Australia lebih baik ?

Jawabannya adalah karena pendidikan melestarikan lingkungan tidak pernah terputus alurnya mulai dari rumah – sekolah - masyarakat – rumah - sekolah – masyarakat dan seterusnya. Artinya pendidikan tidak hanya berhenti di satu pihak saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh pihak dan berjalan terus menerus sampai  hari tua.  

Rumah

              Pada suatu hari di Melbourne, Australia di tahun 1989, anak Ibu Susan ( ibu kost  saya ), Will ( 11 tahun ), mendapat tugas dari sekolahnya mengenai pelestarian pantai. Atas saran ibunya yang seorang guru TK, Will dengan aktif menghubungi badan organisasi lingkungan serta meminjam buku dari perpustakaan publik ‘ Hawthorn Public Library ‘ yang terletak tidak jauh dari rumah keluarga kost saya itu.


             Bahkan, ibunya berinisiatif mengajak Will ke pantai untuk pengamatan misalnya di ‘ St Kilda Beach ‘selama beberapa hari setelah pulang mengajar dari sekolah. Hasilnya, Will mengetahui berbagai jenis makhluk hidup yang terdapat di kawasan pantai .

             Ia bahkan sering mengingatkan ibunya dan saya agar berhati-hati jika berjalan di pantai supaya tidak menginjak makhluk hidup pantai, misalnya kerang.

Sampai-sampai, kami harus berjalan seperti barisan prajurit dengan Will sebagai sang komandan penunjuk jalan ( cukup pening juga ).

              Pengalaman berikutnya adalah ketika Will dan kawan-kawannya bermain ‘Australian Football’ di halaman rumah. Seusai bermain, mereka tidak membereskan sampah kaleng minuman jus buah dan keripik kentang yang berserakan.

              Saya ingat dengan jelas, ibunya dengan tegas mengawasi serta menyuruh mereka membuang dan membereskan dahulu semua sampah sebelum pulang. Hasilnya, mereka otomatis membuang sampah di tempat sampah yang telah tersedia, setiap habis makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun