Mohon tunggu...
Audianna Najwa Kournikova
Audianna Najwa Kournikova Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa/Universitas Negeri Semarang

hobi saya nonton anime

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Kurikulum dan Kelas Inklusi di SDN 1 Magelung

6 Oktober 2023   21:25 Diperbarui: 6 Oktober 2023   21:27 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lokasi penelitian pengembangan kurikulum pada sekolah dasar dan inklusi terletak di SDN 1 Magelung. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 September 2023. Peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini. Apabila data yang diperoleh selama proses observasi tidak menyelesaikan pertanyaan dalam penelitian ini, peneliti tetap dapat membawa data tersebut kembali ke lapangan. Jenis dan sumber data penelitian ini adalah data hasil observasi dan wawancara terkait bagaimana penerapan kurikulum sekolah dasar dan kelas inklusi di SDN 1 Magelung. Sumber data penelitian kualitatif adalah pernyataan dan pelaksanaan manajemen kurikulum, sedangkan dokumen dan lain-lain dapat digunakan sebagai data tambahan.

Sugiyono menyebutkan bahwa pengumpulan data berdasarkan kondisi alam, sumber data primer, dan lebih banyak observasi partisipan, wawancara mendalam, dan pencatatan. Pengumpulan data seperti ini diharapkan dapat saling melengkapi sehingga informasi yang dibutuhkan sesuai dengan penelitian. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap peristiwa yang terjadi dan mencatatnya dengan menggunakan lembar observasi. Metode observasi ini menggunakan pengamatan langsung terhadap suatu objek, kondisi, situasi, atau perilaku. Peneliti mengamati apa yang diamati, dan apabila peneliti tidak dapat langsung memahami makna berdasarkan peristiwa yang terjadi saat itu juga, subjek dapat membantu menafsirkan makna dari sesuatu yang disusun bersama oleh peneliti dan subjek. Namun, peneliti berusaha untuk tidak ambil pusing.

Menurut Sugiyono, wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin melakukan penelitian pendahuluan untuk menemukan suatu permasalahan yang harus diteliti, atau jika peneliti ingin memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai keadaan responden. Peneliti menggunakan teknik wawancara dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi mendalam dari responden mengenai Role Card Game sebagai model pembelajaran pendidikan peran siswa-orang tua. Selama wawancara, peneliti berperan sebagai pewawancara sekaligus pemimpin proses wawancara. Pada saat yang sama, orang yang diwawancarai adalah mereka yang diminta oleh peneliti untuk memberikan informasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk wawancara sistematis, sebelum mewawancarai narasumber peneliti terlebih dahulu menyiapkan pedoman wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur. Oleh karena itu, peneliti menyiapkan panduan wawancara berupa pertanyaan tertulis sebelum terjun ke lapangan. Ringkasan pertanyaan yang akan ditanyakan. Responden yang menggunakan teknik wawancara ini diberikan kepada orang tua berdasarkan besarnya sampel.

HASIL PEMBAHASAN

Di SDN 1 Magelung menggunakan 2 kurikulum yaitu kurikulum merdeka yang dilaksanakan di kelas 1,2,4,dan 5, sementara kelas 3 dan 6 masih menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum merdeka adalah kurikulum pembelajaran di kelas yang terdiversifikasi dengan konten yang lebih optimal, memberikan siswa cukup waktu untuk memperdalam konsep dan memperkuat kemampuannya. Guru mempunyai kebebasan untuk memilih dari berbagai alat pengajaran untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan minat belajar siswa. Kursus mandiri memberikan kebebasan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan belajar. Kursus mandiri menampilkan pengembangan soft skill dan karakter, fokus pada materi penting, dan pembelajaran fleksibel. Sedangkan Kurikulum 2013 atau kurtilas merupakan kurikulum yang dikembangkan selama bertahun-tahun dan mewujudkan dua dimensi kurikulum, yaitu rencana anggaran peraturan mengenai tujuan, isi dan materi pembelajaran serta metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan kurikulum 2013 adalah membekali masyarakat Indonesia dengan kemampuan menjadi individu dan warga negara yang loyal, produktif, kreatif, inovatif dan emosional, serta mampu berkontribusi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Mata pelajaran di kurikulum 2013 atau kurtilas terdiri dari kelompok A terdapat mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Prakarya. Sedangkan di kelompok B terdapat mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan dan Muatan Lokal Bahasa Jawa. Untuk keterangan dari mata pelajaran tersebut yaitu mata pelajaran kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat, kemudian mata pelajaran kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal, mata pelajaran kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri. SDN 1 Magelung menambahkan muatan lokal Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran kelompok B yang berdiri sendiri sesuai Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah nomor 423.5/14995 tentang kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa, untuk pendidikan Agama di SDN 1 Magelung bukan hanya pendidikan agama Islam tetapi juga terdapat pendidikan agama nasrani dan terdapat siswa dari SD lain mengikuti pelajaran agama nasrani di SDN 1 Magelung dan untuk jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 35 menit.

Sedangkan mata pelajaran kurikulum merdeka yaitu ada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, Matematika, IPAS, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Seni dan Budaya, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Mata pelajaran IPA dan IPS digabung menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Tujuan untuk mendorong peserta didik agar dapat mengelola lingkungan alam dan sosial secara bersamaan. Untuk IPAS dilaksanakan di kelas tinggi yaitu 4,5,6 sedangkan kelas 1,2,dan 3 tidak melaksanakan mata pelajaran IPAS karena IPAS merupakan pelajaran sains sementara siswa SD kleas 1,2,dan 3 cara pembelajarannya lebih bersifat universal, sehingga anak-anak yang masih kelas 1,2,dan 3 tidak perlu diberikan mata pelajaran sains tersebut. Dan untuk pendidikan Agama dan budi pekerti di SDN 1 Magelung bukan hanya pendidikan agama Islam tetapi juga terdapat pendidikan agama nasrani dan juga terdapat siwa dari SD lain yang mengikuti pelajaran pendidikan nasrani di SDN 1 Magelung.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan merenungkan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Penguatan P5 bertujuan menjadi sarana optimal dalam mendorong peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, serta berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Untuk kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) SDN 1 Magelung melaksanakan kegiatan di semester pertama dengan mengambil tema kewirausahaan yang dilakukan oleh siswa kelas 1 dan kelas 4. Anak-anak disuruh membuat telur asin dan mempraktikan langsung, kemudian membedakan tingkatan kesulitannya. Untuk kelas satu mengasinkan berbagai macam telur mulai dari telur puyuh, telur ayam, dan telur bebek. Kemudian di kelas 4 mengasinkan tidak hanya asin original tetapi dibuat asin pedas dan rasa rempah-rempah. Kemudian di semester kedua mengambil tema kearifan lokal dengan melaksanakan kerajinan batik, untuk kelas 1 anak disuruh membuat batik ecoprint dengan menempelkan daun di kain kemudian dipukul-pukul, sementara kelas 4 dengan batik canting. Untuk batik ecoprint mengasilkan hasil yang lumayan bagus dan sempat dipamerkan di Kendal Expo. Di tahun kedua mengambil tema gaya hidup berkelanjutan dan dibedakan tingkatan kelas bawah dan atas, untuk kelas 1 dan 2 disuruh menanam tanaman rempah-rempah, sementara kelas atas melakukan mengaduk, menanam berbagai macam bunga dan menyilangkan tanaman. Tetapi itu masih teori dan akan dilaksanakan ketika musim hujan tiba.

Untuk extra kulikuler wajib adalah pramuka, kemudian akan ada rencana menambahkan extra kulikuler komputer tetapi masih diusahakan untuk mencari bantuan dana. Untuk rencana kedepaan untuk ruang lab komputer bisa digunakan untuk perpustakaan karena perpustakaan sekarang digunakan untuk ruang belajar inklusi. SDN 1 Magelung memiliki 2 kelas yaitu kelas regular dan kelas inklusi. Kelas inklusi merupakan kelas yang berisi anak berkebutuhan khusus, di SDN 1 Magelung memiliki 21 siswa inklusi dan memiliki 3 guru inklusi, satu guru yang mempunyai ijazah PGSLB kemudian mengambil 2 guru dari luar yaitu ibu rumah tangga dan guru agama di SD lain yang bersedia mengajar anak-anak inklusi dan kegiatan berjalan dengan lancar, karena keterbatasan guru SDN 1 Magelung tidak berani menerima siswa lebih banyak. SDN 1 Magelung termasuk SD piloting yang berarti SD yang didaulat untuk mengadakan sekolah inklusi, sebenarnya semua sekolah tidak boleh menolak siswa berkebutuhan khusus tetapi karena berhubung guru susah untuk mengatasi semuanya maka pemerintah terutama Dinas Kendal menunjuk beberapa sekolah untuk menjadi duta atau pilihan bagi sekolah inklusi. Di Kecamatan Kaliwungu hanya terdapat 2 SD yang terdapat sekolah inklusi yaitu SDN 1 Magelung dan SDN Kumpulrejo.

Banyak yang berminat menyekolahkan anaknya di SDN 1 Magelung karena pembelajarannya terpisah antara anak regular dan anak inklusi, jadi anak regular tidak terganggu dan anak inklusi tidak merasa kurang percaya diri. Dan agar orang tua anak inklusi tidak merasa was-was atau khawatir dengan pembelajaran anaknya di sekolah dan  mencegah adanya kejadian bullying, maka dari itu kelas regular dan kelas inklusi dipisah. Untuk kegiatan pembelajaran di sekolah inklusi guru melatih kemandirian mereka terlebih dulu seperti memakai pakaian sendiri, jika anak ingin membuat jus maka guru mengajak mereka untuk membuat jus bersama-sama, terus dengan kegiatan yang menurut anak regular biasa tapi menurut anak inklusi itu pengalaman yang sangat berharga. Untuk penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester, guru membacakan kata demi kata supaya anak inklusi dapat mendengar dan memahami soal yang dibacakan guru. Jika anak inklusi dirasa sudah dapat mengikuti pelajaran di kelas regular maka guru akan memindahkan anak tersebut ke kelas regular, jika anak tersebut ketika di kelas inklusi sudah berada di kelas 6 maka ketika dia dipindahkan ke kelas regular maka dia kembali lagi ke kelas satu, supaya materi di kelas satu dapat dia pahami terlebih dahulu dan mengikuti pembelajaran dengan baik.

KESIMPULAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun