"Kita juga lahir dengan berkat masing-masing, gunakan berkat itu untuk membantu sesama," tambahnya.
Insekyur bisa muncul karena kita terlalu fokus pada orang lain dan melupakan diri sendiri. Maka mulai saat ini, cobalah untuk lebih perhatian kepada diri sendiri dulu. Tanyakan apa yang ia perlukan, bantu untuk penuhi. Jika kita telah mampu bergerak untuk menolong diri sendiri, maka menolong orang lain pun akan terasa lebih mudah.
3. Tidak lelah menempa diri
Setiap manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada manusia yang benar-benar sempurna. Jika pun ada, maka kesempurnaannya itu adalah tumpukan ketidaksempurnaan yang dipoles terus menerus. Keduanya berfungsi agar kita tidak jalan di tempat.
Dalam hal ini, Yang Mulia Dalai Lama memberikan teladan yang amat bijak. Saat negerinya dicaplok Tiongkok hingga menyebabkan beliau terusir, ia tidak lantas menyerah begitu saja atau balik menyerang musuh. Justru ia memanfaatkan masa-masa itu untuk memperkuat diplomasi internasional dan menyiapkan Tibet menjadi negara merdeka. Tak sekalipun beliau mengutuk Tiongkok, fokusnya adalah pada negerinya sendiri.
Ngomong-ngomong, beliau mengungsi ke India sejak berkecamuknya Pemberontakan Rakyat Tibet melawan pendudukan Tiongkok di tahun 1959. Jika dihitung sampai sekarang, beliau telah meninggalkan kampung halamannya selama 60 tahun.
Barangkali demikianlah gambaran ideal orang yang bijaksana, ia tak memiliki waktu untuk nyinyir pada orang lain, sebab sibuk untuk memperbaiki dirinya sendiri.
4. Berpikiran solutif
Saat masalah datang, kebanyakan kita menjadi malas dan cenderung berhenti untuk mencoba lagi. Tanpa sadar, kebiasaan itu memang lebih disukai otak manusia daripada harus berpayah-payah mencari solusi. Jika hal tersebut telah menjadi habit, maka mencari jalan keluar seolah menjadi sesuatu yang mustahil dilakukan.
Padahal, seharusnya kita mengembangkan mekanisme berpikir solutif ini agar otak tidak tumpul. Fokuslah pada solusi, bukan masalah. Karena masalah selalu datang, maka cara terbaik men-skip-nya dari hidup kita adalah menyelesaikannya.
Yang Mulia Dalai Lama tidak diam saja saat dirinya harus terusir dari negeri sendiri. Beliau tetap bisa menjalankan kendali pemerintahan dan kehidupan beragama negerinya biarpun berada di luar negeri. Beliau memanfaatkan keberadaannya di India untuk mengembangkan diri dalam berbagai disiplin ilmu demi mendapat solusi-solusi dari berbagai permasalahan negerinya.