Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada, Obesitas Bisa Mengganggu Fungsi Otak

23 November 2011   01:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:19 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh : Atep Afia Hidayat - Lemak sebenarnya sangat diperlukan oleh tubuh manusia, antara lain sebagai cadangan energy, pembentuk selaput myelin pada saraf, palarut vitamin A, S, E dan K, pengisi dan pelindung jaringan tubuh, penyekat panas dan sebagainya. Namun kebutuhan tubuh akan lemak ada batas idealnya, jika terjadi penimbunan yang berlebih maka terjadilah apa yang dinamakan obesitas. Dalam hal ini rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Sebagai catatan, wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.

Sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut, terlebih dahulu membedakan pengertian obesitas dan overweight. Menurut catatan Obesitas.web.id, obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal. Beberapa definisi obesitas menurut para dokter adalah: Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan; Suatu penyakit kronik yang dapat diobati; Suatu penyakit epidemic; Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualitas hidup; Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi

Dalam hal ini obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) telah diakui sebagai metoda yang paling praktis dalam menentukan tingkat overweight dan obesitas pada orang dewasa di bawah umur 70 tahun. BMI didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Berdasarkan Kalkulator IMT, katagori normal bila IMT berada pada kisaran 18,5 - 25. Jika IMT berkisar antara 25 - 27 maka termasuk katagori gemuk (overweight atau kegemukan), sedangkan jika di atas 27 termasuk sangat gemuk (obesitas). Sedangkan Klasifikasi BMI menurut WHO, batas normal berada pada kisaran 18,5 - 24,9 (kg per meter persegi); overweight 25; pre-obese 25,0 - 29,9 (risiko meningkat); obese I 30,0 - 34,9 (risiko sedang); obese II 35,0 - 39,9 (risiko berbahaya); dan obese III 40,0 ke atas (risiko sangat berbahaya).

Berdasarkan catatan Wikipedia, obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti: Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa); Tekanan darah tinggi (hipertensi); Stroke; Serangan jantung (infark miokardium); Gagal jantung; Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar); Batu kandung empedu dan batu kandung kemih; Gout dan artritis gout; Osteoartritis (kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi); Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah); Sindroma Pickwickian ((obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk).

Ternyata belum cukup sampai di situ, hasil penelitian paling mutakhir yang dipimpin oleh Paul Thompson, Ph.D., Paul Thompson, Ph.D, Professor of Neurology, pada Lab of Neuro Imaging, UCLA School of Medicine, menunjukkan, bahwa orang yang mengalami obesitas memiliki jaringan otak 8 persen lebih sedikit dibanding pada orang yang berat badannya normal. Sebagai dampaknya, otak mengalami kemunduran hingga 16 tahun, atau 16 tahun lebih tua dibanding orang yang kadar lemaknya dalam kondisi normal. Selain itu diungkapkan, bahwa orang yang masih dalam taraf kegemukan ternyata juga mengalami kemunduran otak. Hasil studi dengan pemindaian otak 94 orang, dengan rata-rata usia 70 tahun tersebut, menunjukkan, bahwa orang gemuk memiliki jaringan otak empat persen lebih sedikit, dan otaknya tampak lebih tua 8 tahun.

Selanjutnya Paul Thomson mengemukakan, bahwa hasil studi ini menunjukkan bahwa terjadi kemunduran fungsi otak yang berat pada orang obesitas. Orang yang mengalami obesitas kapasitas jaringan otaknya akan berkurang, hal ini menyebabkan penurunan kemampuan kognitif. Sebagai catatan, kemampuan kognitif mencangkup kemampuan-kemampuan intelektual, kemampuan berpikir maupun kecerdasan. Paling tidak meliputi katagori kemampuan ingatan; pemahaman; aplikasi; analisis, sintesis dan evaluasi.

Berkurangnya kapasitas jaringan otak sebagai dampak obesitas, dapat menimbulkan risiko terjadinya penyakit Alzheimer dan berbagai penyakit yang menyerang otak. Namun menurut Paul Thomson (dalam Kompas.com), risiko terkena Alzheimer dapat dikurangi dengan menerapkan pola makan yang sehat dan berat badan selalu terkontrol. Orang yang obesitas akan kehilangan jaringan otak di bagian depan dan bagian temporal lobes, area otak yang sangat penting untuk memori dan perencanaan. Selain itu, area lain yang terganggu adalah anterior cingulate gyrus (berfungsi untuk memusatkan perhatian), hippocampus (memori jangka panjang), dan basal ganglia (untuk pergerakan). Sedangkan orang yang termasuk kegemukan, mengalami kehilangan jaringan otak di area basal ganglia, corona radiata, serta parietal lobe (berfungsi sebagai sensori).

Obesitas bisa dipicu oleh faktor genetik, lingkungan dan psikis. Ternyata obesitas berkaitan dengan faktor genetik yang diturunkan dari orang tua. Namun kebiasaan dan pola makan dalam keluarga (factor lingkungan) ternyata menulari anggota keluarga. Jika si ayah menyukai yang manis-manis, maka akan mudah diikuti oleh anaknya. Faktor piskis, kejiwaan atau mentalitas tertentu ternyata bisa juga menimbulkan obesitas. Bahkan menurut riset Eva Muenster dari University of Mainz , Jerman (dalam Rileks.com), bahwa orang yang hidupnya terlilit hutang besar cenderung mengalami obesitas. Terungkap bahwa mereka yang mustahil melunasi hutang-hutangnya pada batas waktu tertentu atau yang disebut sebagai "Overindebted", dua kali berisiko mengalami kelebihan berat badan dan lebih dari 2,5 kali berisiko mengalami obesitas.

Nah, untuk memaksimalkan fungsi otak dan organ tubuh lainnya, maka hindarilah beragam penyebab obesitas (kecuali faktor genetik). Jika sudah terlanjur, maka tempuhlah berbagai cara sehat dan cerdas untuk menurunkan kelebihan berat badan. (Atep Afia).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun