Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orang-Orang Kecil Kembali Dicungkil Kehidupannya

28 September 2021   06:40 Diperbarui: 28 September 2021   07:11 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: Viva/rakyat jelata)

Rebutan lahan tanah belum berhenti. Dan masih akan tetap berlangsung dengan jumlah episode. Dan setiap episodenya berlaku selama 5 tahun. Dan akan diperbaharui dengan epiosode berikutnya. 

Episode tersebut tak lain ialah pemilihan umum (pemilu). Perjudian politik dan kekuasaan itu akan kembali terjadi dimasa pemilu. 

Para pemilik modal (kapitalis) akan mengintip dan melirik partai politik yang sangat potensial dan juga sosok pemimpin nasional, yang dapat diajak berselingkuh dengan dirinya, dengan sejumlah persyaratan yang mengikat kemauan politik dan kekuasaannya.

Drama politik dan kekuasaan pun sudah disiapkan settingannya, terutama cara menarik simpatik rakyat dan kelak rakyat akan memilihnya. Team sukses pun berusaha mengubah rupa para politisi menjadi wujud sinterklas, orang orang baik yang berusaha menghapus penderitaan rakyat kecil. 

Para politisi yang mengubah dirinya mba sinterklas itu, disarankan untuk masuk kedalam lorong lorong hunian kaum marjinal, wong cilik,  memberikan khutbah politik dan janji janji politiknya. 

Dan mereka kaum politisi pun disarankan untuk menutup khutbah politiknya itu dengan memberikan lembaran uang dan sedikt bingkisan, agar rakyat miskin, marjinal, atau wong cilik, dapat mengaminkan khutbah politiknya.

"Suara rakyat adalah suara Tuhan". Slogan itu, masih tetap relevan dan aktual dalam kancah perpolitikan (demokrasi) dinegara kita. Reduksi rakyat itu pun dilakukan secara berjama'ah oleh kaum politisi dan elit partai untuk dapat mendulang suara rakyat pada pemilihan umum, "...... bersama rakyat; kami..... wong cilik; dan seterusnya. Bahkan dengan terang terangan kepada publik mengungkapkan nama Partainya, "Gelombang rakyat".

Memanglah, pemilu masih beberapa tahun lagi, tahun 2024. Tetapi Citra politik telah dibangun dimana mana, diruang publik, seperti Billboard, spanduk, dan lainnya. Para politisi pengen menyampaikan pesan politiknya :

"Bahwa dirinya hadir bersama rakyat". Bahkan dengan gayanya tersendiri para pengurus dan kader partai, berusaha masuk menyelinap kedalam ruang ruang publik yang kumuh, sekedar untuk mendapatkan momentum politiknya. 

Dan menemukannya. Mereka para pengurus dan kader partai melakukan kegiatan bakti sosial dengan memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban kebakaran. Mereka melakukan swafoto dengan latar spanduk partai politiknya. Dan ketika ditanya maksud dan tujuannya mengunjungi dan membantu para korban musibah itu, bahasa klise pun berterbangan.

Namun ada juga partai politik yang tampak peduli terhadap masa depan kaum milineal. Mereka para pengurus dan kader partai menghadirkan program workshop pembuatan film, edit film, dan host podcast. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun