.
Membisikan kalimat duka
Tentang keindahan yang tak bertahan lama
Yang menyelimuti relung terdalam manusia
.
Keindahan tak selamanya berbunyi
Adakah jemari yang tak lelah membelai
Segala macam cerita yang mengapung di udara ?
.
Ayat ayat kedua
Kesunyian tak selamanya menyamarkan sepi
Menenun setiap inci kebetulan yang fana
Seperti ingatan-ingatan yang perlahan mati
.
Ayat ayat ketigaÂ
Terkadang manusia perlu merenungi setiap ricik suara
Seperti tentang bagaimana cara menghayati doa-doa
Dalam memahami setiap kurun waktu yang terkadang mendera
.
Dan ayat keempat hingga kelimaÂ
Memuat nafas yang utuh dalam ceritaÂ
Adakah suara, bunyi, dan kenikmatan dalam mencintaiÂ
Membagi perasaan manusia untuk senantiasa mengingat yang telah lama hidup dan mati ?
.
Dan apabila dirimu mencari arti rindu
Peluklah lebih dalam semua konsonan itu
Tak ada yang lebih mengenalmu lebih dari waktuÂ
Tak ada lagi yang mengingat diriku selain dirimu
.
Di luar gagasan tentang kesalahan
dan kebenaran, ada sebuah ladang.
Aku akan menemuimu di sana.
Ketika jiwa berbaring di rerumputan itu,
dunia terlalu penuh untuk dibicarakan.                      Jalal ad-Din Muhammad ar-Rumi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI