Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

SEJAUH MANA SIKAP VISIONER KITA ?

20 Februari 2011   02:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:27 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat Awam Ki Astoko mencoba mempertanyakan perilaku visioner. Kata orang lawan-katanya: perlaku reaksioner. Kalau begitu mestinya orang yang reaksioner tidak visioner. Dan orang visioner tidak reaksioner. Pandangan yang hitam putih ini nampaknya tidak benar juga. Setidaknya dalam kehidupan sehari hari jarang ditemui orang bersikap demikian.

Ada tiga orang rahib Shaolin dikirim pimpinan mereka turun gunung menghadap walikota terdekat. Sebelum berangkat dijelaskan pokok acara perutusan mereka menghadap walikota. Tetapi mereka juga diberi nasehat para senior mereka agar hati-hati dan tidak tergiurpelbagai godaan dijalan. Kita tahu para rahib itu tentu selibat tidak hidup berkeluarga. Hidup dibiara hidup berdisiplin, berlatih dan berlatih diri.

Ceritanya dalam perjalanan mereka sampailah disebuah jalan desa yang lebar tetapi berlumpur dan becek. Ada sedikit dipinggir dan sempit yang bisa dilalui tanpa kena lumpur. Mereka harus berjalan berurutan berbaris satu satu. Tiba-tiba didepan mereka berjalan pelan pelan seorang perempuan muda, cantik, berpakaian tipis seadanya, kakinya pincang seperti kesakitan.

Rahib yang terdepan dengan sigap meloncat dengan ilmunya meringankan tubuh, keatas, meloncati perempuan itu dan mendarat didepan perempuan itu. Katanya : Hati hati saudaraku, ada hambatan dijalan loncatlah kita bertugas mengemban tugas suci untuk biara kita……

Rahib kedua serta merta meloncat pula kejalan bersih disisi seberangnya. Katanya kepada rekannya :Cantik juga perempuan itu, saudaraku, perhatikan betisnya terluka, kasihan dia, tolonglah dan saya bersama saudara tua kita akan berjalan terus. Nanti susullah kami……

Rahib ketiga, dibekali ilmu menutup mata, mengandalkan ilmu perabaan yang dilatih, mengandalkan ilmu pengobatan yang baru dikuasai, menarik napas dan berhenti. Dalam hati ada pergumulan dan negosiasi.

Mula mula dia marah-marah:“Berjalan jangan terseok-seok begitu.”Lalu ditangkaplah betis perempuan itu. Lukanya dirawat dengan ramuan daun dipinggir jalan, yang dikunyah. Ditempel diatas luka. Wajah perempuan itu ditiup agar matanya tertutup. Tanpa mempergunakan tenaga banyak perempuan itu diangkat dan didaratkan dibelakangnya supaya dia bisa berjalan lanjut. Dan dengan ilmu meringankan tubuh juga dia lari mengejar rahib-rahib rekannya.

Silahkan pilih Rahib pertama, kedua atau ketiga yang lebih visioner. Siapa yang melihat jauh kedepan dalam menjalani perjalanan hidup yang menjadi tugas panggilannya.?

Bisa jadi kita ambil sikap menghindar tetapi ada pula kepedulian kita terhadap situasi sekitar apa lagi yang menyerempet bahaya, bervivere-periculoso katanya?

Bisa jadi kita memang kehilangan kecepatan laju langkah kita untuk peduli dan berbasah-basah dengan hambatan dalam perjalanan..?

Renungan ini saya sajikan dalam kerangka menanggapi dihilangkannya kategori tulisan “Agama” diKompasiana. Dalam rangka menanggapi luar biasa tajamnya debat agama.

Dalam rangka juga menanggapi tulisan rekan kita @Ragile di : http://filsafat.kompasiana.com/2011/02/19/kemarahan-umat-kepada-nabi-baru/Dengan salah satu pernyataan : “Ribuan tahun semua agama-agama diperalat untuk merebut kursi kekuasaan sejak wafatnya nabi-nabi.” Ada pula pemikiran tentang kemapanan dan pendapat baru. Itu semua merupakan hambatan-hambatan dalam perjalanan hidup. Sejauh mana sikap yang visioner kita ambil atau reaksioner kita sandang terus….?

Seandainya masih ada kategori tulisan “Agama” akan saya kupas ini: “Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudaramu, apakah lebihnya dari perbuatan yang lain? Bukankah orang yang tak mengenal Allahpun berbuat demikian ? (Mt.5,46) Tetapi dengan Filsafat Awam ini saya pertanyakan sejauh mana sikap visioner kita, sejauh mana sikap reaksioner kita dalam menanggapi perbedaan ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun