Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

S E L E R A

9 Oktober 2022   14:24 Diperbarui: 9 Oktober 2022   14:32 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Prakata

Puisi padat diksi, puisi hiburan kita, Pembawa pesan hati, terkias pada cerita, Opini awal mula ketika alami peristiwa, menjadi filosofi akhirnya kembali pada cerita.

Selera 1.

Cerita pena ini peristiwa masa silam, menggelitik untuk dikenang, tentang teman lama. Pak Bina dari Jakarta pelaku usaha penjamin jiwa dari bencana dan pelbagai celaka.   Baginya kuundang relasi dan beberapa rekan usaha untuk mungkin membantunya   Mengembangkan usaha di Yogyakarta pastilah membutuhkan teman dan data.

Pada kesempatan berikut Pak Bina saya ajak menghadap satu dua pemuka setempat. Diterima simpati apresiasi dan restu usaha asuransinya  tentu belum jadi anggota. . Peluang lain kuajak berkunjung bertandang pada Pak Wi tokoh intelektual terhormat.  Pada akhirnya Pak Wi berkilah: Baru kali ini aku bertemu pembicara sempurna.

Berbisik pada saya Pak Wi bersaksi temanmu sungguh pemasar yang gigih canggih tetapi saya tidak selera dan mungkin masyarakat Yogyakartapun kiranya kurang suka... Jiwa yang tenang visinya penuh perhitungan dan mengendap lugas dalam pamrih   lebih memilih membaca doa daripada repot dan ribet membayar premi uang muka.

Selera dan visi diajarkan padaku rupanya sama sama menentukan prospek buat usaha. Selera dibangun oleh berulangnya pengalaman, begitupun visi dari tanjamnya persepsi. Pada saatnya selera dan visi memberi gizi pada perbuatan dan pengamalan nyata. Kesungguhan itu syarat bukan permaian coba-coba dalam membangun kehidupan.

Selera 2

Cerita pena kedua adalah peristiwa kekinian, sekarang disini diforum Kompasiana Tentang Pak Feliks, Pak Tjipta dan Kompasianer lain yang aku suka sering kubaca.     Tentu saja berikut Admin yang sering menjadi sasar ujaran pemegang kendali semua. Dan Admin menjadi penilai pertama utama sesuai peraturan bukan dia pumya selera.

Rekan Kompasianer tercinta saya suka baca karya para taruna muda dan mahasiwa. Bagi saya bukan materi dan thema karya tetapi jiwa dan semangat karya tulisnya,  Saya mengharapkan berkembangnya minat menulis dan selera membaca karya...  Sebab minat selera baca menumbuhkan kemampuan menangkap makna setiap karya.

Saya boleh bertanya mengapa anda tidak maju selangkah lagi untuk melihat makna.. Anda pun boleh bertanya mengapa kita tidak melangkah lebih lagi dalam sebuah karya  Siapa tahu anda bisa menggapai manfaat, mengintai inspirasi dan aspirasi setidaknya. Memang apa salahnya menjawab: Saya tak punya alasan jawab dan saya tidak selera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun