Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seksualitas yang Saya Saksikan, Bukan Main

20 Juli 2021   09:16 Diperbarui: 20 Juli 2021   09:17 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia bergeser karena Protokol Kesehatan atas nama Covid19, dan karena kemudahan-kemudahan berkat kemajuan teknologi informasi. Sudah ada tulisan tentang hobby baru :  Cating, obrolan, kicauan melalui beberapa cara. Ada Grup-grup kehidupan baru di dunia maya. Ada grup WA. Messenger, dll.  Ada grupnya Alumni, grup mantan PNS, ada grup mantan aktivis XYZ, disamping grup-grup keluarga, grup kelompok segala macam sisi kehidupan dengan dinamikanya masing-masing..

Pada awal saya mengenal penggunaan fasilitas teknologi informasi baru ini baru pada tingkat terbatas yaitu untuk kepentingan komunikasi antar teman sekerja di kantor. 

Demikian cepat berkembang hingga membaca menulis dan belajar dari internet menjadi model pola yang membutuhkan pertanggungan jawab tersendiri pula seperti di kehidupan nyata ini. 

Sudah menjadi lumrah kicauan selebritis yang saling menyakitkan hingga kasus seorang dokter "tergugat" karena sikap profesionalnya pernah menjadi pemberitaan berkepanjangan.

Dalam dunia kehidupan seperti itu layak pula setiap orang perlu menunjukkan resposibility rasa sikap tanggung jawab baik moral sosial hingga hukumnya. Demikianpun saya yakin ada responsibility yang besar ada pada penulisan di Kompasiana. Dan itu sangat jauh berbeda dari yang saya saksikan didunia komunikasi dan informasi lainnya yang sempat karena mudahnya diakses.

Untuk menulis di kompasiana saya berusaha berpegang pada pola Membaca-Bercermin-Belajar, baru Menulis. Membaca adalah menangkap obyek dengan melihat mendengar memahami mengalami. Sebagai dasar obyektivitas sikap. Bercermin adalah berrefleksi sebagai penggugah rasa resposibility terhadap diri/suara hati dan relasi sosial. Selanjutnya Belajar serta menyimpan menata kembali masukan. Maka tulisan saya biasanya agak panjang, dan kurang didaktis sebab memang tidak bermaksud menggurui pembaca.

Menghargai pembaca berarti juga memperhitungkan bahwa para pembaca dalam membaca tulisan saya pasti menggunakan "pengalaman", mindfullnes, penalaran, perasaan sesaat, disaat refleksi, melihat diri sendiri. Kurang lebih seperti demikianlah.

Selanjutnya pembaca pasti juga mengharapkan untuk mendapatkan bahan baru nilai-nilai baru sesuatu yang disukai  seperti : Informasi aktual, manfaat, aspirasi, hiburan, permasalahan yang menarik untuk diikuti, hobby, atau bidang-bidang aneka kehidupan lain

Sementara ini saya mengikuti perilaku, perisikap para pemeran publik dan kelakuan teman-teman di grup terbatas, menemukan fenomena fenomena yang menurut saya pantas menjadi catatan. Tanpa menyebut nama dan demi menjaga nama baik mereka semua secara umum saya amati dengan kacamata 'Cara berfikir' dan 'kecenderungan' arah cuitannya. Pada umumnya saja seperti  saya melihat potret potret orang yang berkomunikasi itu menunjukkan perwatakan  :

Satu : Figur yang mempunyai temperamen, Mindset, Ego, Subyektip, mengarah popularitas, kebanggaan kelompok,  cenderung pada Agon (istilah Driyarkoro), untuk mencari kemenangan ibarat permainan/lomba.

Dua : Figur yang menunjukkan sikap tenang, Berprinsip, Terbuka, Obyektip, mengarah kepentingan umum, kebersamaan, persahabatan, kritik positip. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun