Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Iklan Blackpink dan "Moral Panic" Sebagian Kita

19 Desember 2018   18:41 Diperbarui: 19 Desember 2018   19:04 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iklan Shopee Blackpink (sumber Detik)

Beberapa hari lalu Maimon Herawati membuat petisi untuk memboikot layanan e-commerce Shopee. Apa pasalnya? Tak lain karena perempuan yang kabarnya adalah dosen jurnalistik sebuah universitas negeri di Bandung itu menganggap iklan Shopee edisi ulang tahun tidak senonoh.

Dalam unggahan petisinya di Change.org, Maimon menyebut bintang iklan yang dipakai, Blackpink, berpenampilan seronok dan mengumbar aurat. Kalau disimak, dalam iklannya, keempat personil girl band Korea ini mengenakan rok pendek di atas lutut.

Lebih lanjut, Maimon menyebut iklan tadi provokatif dan tidak sesuai dengan norma Pancasila. Dia menyebut efek buruk iklan tadi terhadap mental dan moral anak-anak yang kebetulan menyaksikannya, karena menurutnya iklan tadi sempat tayang di antara jam pemutaran film kartun anak.

Petisi tersebut sejauh ini ditandatangani tak kurang 105 ribu orang. Komisi Penyiaran Indonesia kabarnya juga ikut menindaklanjuti dengan mengirimkan surat peringatan terhadap stasiun-stasiun televisi yang menayangkannya.

Saya melihat kasus ini sebagai contoh moral panic sebagian masyarakat kita. Moral panic adalah perasaan takut atau panik yang menjangkiti sebagian orang atas adanya hal jahat yang mengancam tatanan masyarakat.

Moral panic ini mensyaratkan adanya kondisi, situasi, orang atau sekelompok orang yang dipandang melanggar atau melawan nilai-nilai sosial. Dalam kasus ini, Shopee dengan Blackpink-nya yang jadi sasaran. Mereka dianggap sebagai folk evil yang musti dilawan oleh Ibu Maimon dan para pendukungnya.

Moralitas menjadi pembenar aksi boikot yang digalang. Perlindungan terhadap mental dan kepentingan anak menjadi misi yang dikobarkan. Media massa pun menyambar isu ini, menjadikannya bahan berita untuk menarik pembaca.

Saya tidak membela Shopee dengan iklannya atau mendukung penggagas petisi boikot. Saya percaya bahwa perkara moralitas dan pendidikannya pada anak adalah tanggungjawab orang tua dan keluarga. Bukan tanggung jawab orang lain, apalagi pelaku bisnis.

Menuntut pelaku bisnis turut menjaga moralitas dan memberi pengajaran sopan santun, etika dan semacamnya pada anak dan remaja adalah hal tidak tepat atau layak disebut absurd.

Juga, kita tidak bisa menggunakan standar moralitas pribadi untuk menilai apa yang pantas dan tidak pantas bagi publik. Moral panic macam kasus di atas umumnya berlandaskan tafsir nilai moral pribadi, yang dikampanyekan layaknya hal tersebut adalah kepentingan bersama. Sementara keberagaman publik kita menunjukkan keragaman tafsir moralitas juga.

So, ujung katanya adalah, benahi diri sendiri, lindungi anak sendiri, gunakan standar moralitas untuk diri sendiri dan jangan gampang merengek ketika di luar sana moralitas kita tidak sesuai dengan pemahaman pihak lain.

Tabik!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun