Tindakan destruktif memang bisa menjadi luapan emosi sesaat, tetapi justru akan menambah kerugian dan penderitaan, terutama bagi rakyat kecil yang sebenarnya tidak bersalah.
Gedung yang terbakar, fasilitas publik yang rusak, hingga harta benda yang dijarah pada akhirnya kembali menyulitkan masyarakat sendiri, bukan memperbaiki keadaan yang menjadi sumber kekecewaan.
Bangsa ini sejatinya memiliki warisan panjang perjuangan yang berakar pada keberanian dan martabat, bukan pada perusakan. Dengan cara yang bermartabat pula, rakyat dapat menunjukkan aspirasi dan menuntut perubahan.
Menolak normalisasi pengerusakan bukan berarti mengabaikan rasa kecewa, melainkan memilih jalan yang lebih mulia: mengubah amarah menjadi energi positif untuk mendorong perbaikan yang nyata.
Dengan begitu, suara rakyat tetap terdengar lantang tanpa harus melukai nilai-nilai kemanusiaan dan merugikan sesama.
Namun jalan itu tidak akan tercapai bila kemarahan hanya meledak dalam bentuk perusakan. Kekerasan dan kerusuhan pada akhirnya justru merugikan rakyat kecil sendiri, menambah beban sosial-ekonomi, dan memperparah luka kepercayaan.
Karena itu, bangsa ini membutuhkan mekanisme untuk mengolah kemarahan publik menjadi energi yang konstruktif, yang bisa memperkuat demokrasi dan memperbaiki tata kelola negara.
Salah satu jalan utama adalah pendidikan. Dalam kerangka Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Goal 4 tentang Pendidikan Bermutu, pendidikan di Indonesia harus diperluas maknanya.
Pendidikan tidak hanya sekadar literasi baca tulis atau keterampilan teknis, tetapi juga pendidikan kewargaan, pendidikan nilai, dan pendidikan karakter.
Rakyat perlu dibekali dengan pengetahuan politik yang sehat agar mampu mengkritisi kebijakan tanpa terjebak dalam kekerasan.
Pendidikan karakter juga penting untuk membentuk generasi muda yang kritis namun konstruktif, yang mampu mengubah amarah menjadi advokasi damai dan partisipasi politik yang sehat.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya