Mohon tunggu...
asroni hamid
asroni hamid Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hanya Tipis

8 November 2017   08:15 Diperbarui: 8 November 2017   09:40 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditemani secangkir kopi dan nasi goreng bu Yani, terasa indah jamuan sederhana dirumah Pak Mur. Semoga memberi inspirasi buat kami para generasi bangsa. Sebab kesederhaan juga dicontohkan oleh beliau pemimpin ummat sedunia. Baginda Nabi Muhammad Shollahu 'Alaihi wa Salam. Pemimpin yang baik, jelas itu keinginan bersama.

# # # # # #

Aturan pencoblosan telah disetujui oleh berbagai pihak. Terkhusus buat dua kubu. Keduanya sepakat jika sebelum dan sesudah jadual pencoblosan harus dalam kondisi kondusif. Jangan ada situasi yang menimbulkan kekacauan selama jadual itu. Sebab jika ada salah satu dari dua kubu yang melanggar peraturan itu, ada sanksi berat.

Terlihat dilapangan memang belum ada tanda-tanda kecurangan pilkada. Semoga semua berjalan sesuai prosedur. Masyarakat hilir mudik mendatangi TPS-TPS yang telah disediakan. Sungguh indah jika suasana kondusif ini bisa dipertahankan selama pilkada berlangsung. Rakyat aman dan karena pemimpinnya mencontohkan itu.

Saat penghitungan suarapun juga masyarakat merasa terhibur. Nggak ada provokasi huru-hara dan sulutan api nggak puas. Petugas keamananpun bisa minum kopi dengan nikmat. Dan yang terjadi memang begitu Pemilihan Kepala Daerah kali ini. Walaupun prediksi kemenangan telak mulai pupus setelah penghitungan sudah mencapai 80 % suara.

Dan yang terjadi kemenangan tipis benar-benar diluar dugaan. Terutama dari kubu nomor urut 2. Prediksi kemenangan telak nyatanya hanya saat kampanye saja. Kurang memuaskan? Trus kemana para awak media dan penjabat setempat membuktikan prediksinya? Ah, namanya juga manusia. Sehebat apapun prediksinya jelas nggak bisa berkutik.


"Kenapa bisa menang tipis? Apa yang kurang? Saya kecewa dengan kinerja anda-anda!!"  Gunawan merasa dibohongin oleh kinerja tim sukses. Dia jelas kecewa berat atas situasi ini. situasi yang benar-benar tidak diinginkan dan berimbas hilang kepercayaan.

Detik itu juga kariernya merasa diujung waktu. Ya, waktu yang akan memisahkan hubungannya dengan Pak Mur calon petahana. Dengan kegagalan ini, tanpa dimintapun dia akan mengundurkan diri dan pamit kepada Pak Mur.

Lho kok! Ya, calon yang digawanginya harus menang telak dipemilihan ini, ternyata harus gagal total dengan istilah "menang tipis". Itu yang membuatnya malu seribu malu. Bagaimana nggak, kemenangan tipis ternyata bukan milik calon dengan nomor urut 2. Nyatanya calon nomor urut 1 yang memenangkan kemenangan tipis ini. Entah, mungkin ini yang disebut nasib atau takdir belum memihat calon nomor urut 2.

Apa ada pelanggaran dari kubu nomor urut 1? Nggak juga. Dari pantauan di lapangan, nggak ada pelanggaran selama musim kampanye sampai pencoblosan. Dan itu sudah dibuktikan dari masing-masing kubu. Lalu kenapa kok bisa sampai begitu?

"No comment! Ini hasil terbaik dari penilaian Tuhan." Tutup Gunawan sambil bersalaman dengan segenap tim sukses. Ada kesedihan mendalam dan kegembiraan tak ternilai. Kesedihan karna belum mampu mengahantarkan sesuai prediksi. Sementara hatinya gembira karna merasa sudah bekerja semaksimal mungkin. Dan hasil akhirnya, hanya Allah SWT yang paling Maha Tahu. Kebenaran hanya milik-Nya semata.

                                                                                   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun