Awal
Ada tangis membekas pada perbincangan kita pagi ini, menyelaraskan rasa semakin membuai
mencoba menyibak untuk sekedar melepas kegundahanÂ
Ketika sapa tak lagi terjawab, perbincangan semakin memudar, membuat rasa sesak yang tak tertahan, andai perjumpaan ini tak berawal pada kerinduan mungkin tak beginiÂ
Perbincangan yang kaku, tiada lagi kata indah seindah pelangi, tiada lagi kata merayu tak kalah jiwa merajuk menumpahkan peri, andai sapa itu tak pernah ada tak akan terulang kenangan laluÂ
Meninggalkan tanpa luka, pergi tanpa perih pun bertemu kembali jiwa pun nelangsa bermain main pada putaran kasih dan sayang yang mampu menebarkan cinta berulangÂ
Sapa pagi " pagi sayang" tak akan pernah ada lagi karena hati mulai bertanya. Adakah permainan yang tak terjerat, adakah kesunyian tak berakibat
Nanar mata meluapkan  amarah pada diri yang terus bermain dalam hati. Bila menghilangkan nama dalam goresan bukan berarti menghapus dalam setiap tarian jiwa.Â
Dingin itu menggigil,  panas itu membakar, diam itu menyiksa hati. Memutuskan keluar dari lingkaran yang terus mempermainkan hati  dan mencoba menapak pada terjalnya karam.Â
JIka dulu tanpa luka, kali ini luka itu lebih berasa, jika dulu tanpa perih kali ini perih bagai tetesan jerukÂ
Izinkan aku berlalu tanpa membencimu, menyimpan rasa cintaku dalam pualam hati, menebarkan kasih dan sayangku pada samudera luas jika waktu mampu berpihak.Â
Izinkan aku berlalu, bukan karena tak layak untuk bersama namun tak ingin ada yang terluka, biarkan diri bagai lilin membakar diri demi terangnya hati.Â
Ruang Kosong, 26022021