Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenali Dahulu Calon Mertua

10 Februari 2021   20:39 Diperbarui: 10 Februari 2021   20:47 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  http://www.satuharapan.com/read-detail/read/arab-saudi-sediakan-layanan-nikah-online-selama-pandemi

Semua berbincang tentang persiapan menikah dari mental hingga keuangan yang akan dikeluarkan. Bahkan ada yang lengkap dengan segala perundangan, siap atau tidaknya untuk menjalaninya. Padahal kalau di bilang siap atau tidak, ya harus siap karena kalau sudah merencanakan tujuan ke arah pernikahan ya harus siap. Kalau tidak siap kapan menikahnya.

Perbincangan soal persiapan pernikahan cukup menarik apa lagi untuk di jaman milenial  Namun mungkin ada yang lupa selain persiapan mental memasuki gerbang pernikahan hingga punya anak dan finansial  yang mapan. Menikah adalah tempat belajar kehidupan yang tak akan pernah usai.

Mental menghadapi keluarga terutama mertua 

Mungkin sebagian sudah paham siap atau tidak menjalaninya. Jika berani mengambil keputusan untuk menikah berarti mental sudah siap menaiki tangga itu. Pernikahan itu bukan hanya janji di atas kertas namun janji kita ke pada Tuhan. Baik buruknya rumah tangga, kekurangan atau kelebihan yang dipunyai pasangan. Sebagai pasangan harus bisa saling melengkapi.

Saat satu menjadi api sedang yang lain menjadi air. Saling keterbukaan satu sama lain dan komunikasi yang terpenting. Mental menghadapi pasangan mungkin kita lebih bisa menerima, setidaknya ada keburukan, kejelekan, kelebihan yang kita tahu selama masa penjajakan. Apakah kita tahu bagaimana dengan keluarganya terlebih dengan calon mertua? Apakah kita siap untuk menerima semua ini karena ini pilihan yang kita pilih sendiri. 

Sebagai orang tua mungkin ingin terbaik buat anaknya, walau yang dijadikan pendamping adalah pilihan dirinya. Sebelum melangkah lebih jauh lebih baik mengenal terlebih dahulu, walaupun intensitas bersama keluarganya sudah dekat tak menjamin semua berjalan dengan mulus. Semua ini perjalanan yang dirasakan secara pribadi. Beranggapan semua berjalan dengan baik dan mulus. Seakan kedua belah pihak telah menyepakati dan menerima kelebihan dan kekurangan calon pengantin perempuan. 

 Sekilas masa lalu 

Pernikahan yang dijalani tidaklah mulus seperti yang saya bayangkan. Jangan hanya karena anak ( calon suami) mencintai diri kita, kita bisa beranggapan bahwa keluarganya akan serta merta menyayangi kita. Terkadang dilihat dengan mata berbanding terbalik dengan yang akan terjadi berikutnya. Baik dan buruknya tergantung kita, jika mampu meredam redamlah sedemikian, dan di waktu senggang bicarakan dengan hati tenang dan kepala dingin.

Papaku pernah bilang 

Hidup itu pilihan, jika kau memilih A jadi kau harus bisa menjalani semua sekalipun itu perih. Papa tak sedikit pun sangsi dengan pilihanmu, karena papa tahu dia laki laki yang mencintai dan bisa membimbing dirimu. Ujian hidupmu terletak pada keluarganya. Menikah bukan hanya pada anaknya, menikah itu seluruh keluarga adalah menjadi keluargamu. 

Di awal pernikahan kaget, apa yang digambarkan papa menjadi nyata. Menjalani dengan baik, tetap manut sekalipun banyak yang bertentang dengan hati. Bukan membuka aib mertua, tapi tolong jadikan garis besar. Bahwa sebelum mengambil keputusan tanya terlebih dahulu kepada pasangan benarkah keluarga menerimanya dengan tulus atau hanya sampulnya saja. Persetujuan keluarga menentukan segalanya.

Sebaik apa pun, berkorban apa pun seorang menantu kalau dari awal tidak  di setuju akan terus tidak setuju hingga berbagai cara untuk memicu pertengkaran bahkan terus mencari sela kesalahan mantu agar terpisah.

Bahkan tega melontarkan fitnah terhadap menantu, oke kalau setahun dua tahun mungkin bisa dimaklumi  karena belum mengenal satu sama lain, masih beradaptasi. Sedangkan perjalanan pernikahan kami bulan lima ini memasuki tahun ke 26 tahun.  Tak ada yang berubah, masih seperti pertama kali menjajaki rumah tangga. Beruntungnya saya suami mencintai saya sepenuh hati dan tahu istrinya tidak seperti ini.

Walau tidak menunjukkan pembelaan terhadap istri, dia hanya bilang diam suatu saat semua akan di tunjukan bagaimana ketulusan di lawan dengan kebohongan. Didikan orang tua mengajarkan untuk tak dendam, tetap hormat dan sayang terhadap mertua dan keluarga, semua dijalankan sekalipun itu perih, Allah tidak tidur. Secepat apa pun kebohongan itu berlari akan terkalahkan dengan kejujuran ketulusan hati.

Lima tahun dari kejadian, Allah membentang gambar yang jelas, siapa yang benar dengan tulus dan siapa yang hanya di bibir saja. Setelah jejak langkah terus tertanam, sekarang menjadi penonton, tanpa ingin mendengarkan lagi walau dihati kecil yang paling terdalam tak ingin melakukan  semua itu namun setidaknya memberi pelajaran sedikit tak semua menantu itu hanya ingin dengan anaknya saja, tak semua menantu itu jahat, menantu juga punya hati. Meninggalkan orang tua dan keluarganya hanya ingin berbakti penuh pada suami dan keluarga suami.

Setiap  berbincang dengan anak anak selalu saya ingatkan carilah suami yang bukan hanya cinta dan sayang kepada kita sendiri tapi seluruh keluarganya menyayangi kita. Kenali benar calon mertua, bagaimana kepribadiannya, bagaimana kesehariannya, bagaimana caranya dan perlakuannya terhadap kita yang akan menjadi pendamping anaknya.

Mahar dan uang asap

Setiap orang pasti menentukan mahar atau sepakat kedua belah pihak mau mahar berapa dan sanggup memberikan mahar berapa. Terkadang soal mahar dan uang asap bisa menjadi perdebatan keluarga, jika sedikit akan menjadi hal begitu pula jika permintaan melebihi persediaan  akan menjadi hal.

Mahar dan uang asap bisa menjadi buntut pancang di pernikahan. Seperti di daerah Kayu Agung, uang dan mahar diperlihatkan ke  keluarga dan saksi di pernikahan dan para undangan pun menyaksikan itu. Kalau mahar masih bisa kita memakluminya untuk diperlihatkan kepada keluarga dan undangan. Tapi ini uang asap atau uang dapur yang dihitung di depan orang banyak.

Jika uang asap yang kita beri sedikit dan dihitung bagaimana rasanya. Apalagi di jaman sekarang, mendengar anak anak sahabat menikah memberikan sang pengantin perempuan berkisar uang  Rp 100 juta hingga 200 juta, belum di hitung dengan  embel embel dari mahar sebagai penyerta mahar. Bila mempelai pria tak mampu dan hanya punya uang secukupnya, apakah pernikahan itu akan batal?. Banyak yang batal menikah karena keuangan yang tidak mencukupi. Bahkan ada juga pihak perempuan meninggalkan sang calon karena mahar yang kecil dengan alasan malu.

Bukankah sama saja kita menjual anak kita. Berpegang teguh dengan nasehat papa dahulu, anak bukan barang dagangan jika saling mencintai dan menyayangi silakan menikah dengan mahar sesanggup sang calon pengantin, tanpa memberatkan. Jadi intinya sebelum melangkah  ke jenjang persiapan menikah ;Pikirkan soal keuangan yang telah disepakati, mental menghadapi setiap kotak kotak menjelang pernikahan dan setelah menikah terutama dengan mertua, benar setuju atau hanya sekedar ingin menyenangkan anaknya saja.

Palembang, 100221

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun