AnaÂ
Ana bukanlah siswi yang pintar, cantik atau idola para siswa. Ana  hanya seorang siswi yang suka rambutnya di kepang dua,  walau ada yang beranggapan seperti anak kecil, tapi Ana menyukainya.Mata yang besar, dan kidal. Hanya itu yang menjadikan ciri khas diri  Ana dan juga sebagai pemain basket yang tak terlalu handal, hanya karena pemain basket satu satunya yang tangan kidal.Â
Sebagai seorang siswa yang patuh dan tidak banyak ulah, Ana menjadi kesayangan guru guru. Namun jauh dari itu, Ana termasuk siswi yang jahil dan suka mempermainkan perasaan orang. Walau tak seheboh Efi yang cantik, putih, langsing dan di sukai semua laki laki satu sekolah. Ana mempunyai khas dirinya sendiri, mempunyai sahabat sahabat yang tahu betul dirinya.
"Ana, tuh ada kakak kelas yang kece," ujar Iwan sembari melompat duduk di sebelah Ana.
" Males", kata Ana sembari memanyunkan mulutnya.
"Ayolah," kita taruhan ya, ya, kata Iwan dengan wajah di pasang rada serius.
Ana pura pura tak mendengar terus menulis puisi di catatan matematikanya.
" Ayolah, jangan mau kalah tuh sama si kurus," sembari merebut pena dari tangan Ana.
" Oke, oke...oke taruhannya apa kali ini," ujar Ana sedikit merasa terpaksa.
"Kita makan Miso  Mang Midik yang di bundaran Dwi tunggal." Kata Iwan bersemangat.
Ana diam sembari merebut penanya kembali dan meneruskan  menulis puisinya yang tertunda. Sehari, dua hari, hampir satu minggu berlalu dari tantangan itu, Ana pun lupa telah mengiyakan tantangan dari Iwan.