Iwan terdiam dan helaan nafas panjang.
" Ana, itu masa lalu kita, tak perlu di pertanyakan lagi. Aku tetap menjagamu, kehormatan mu, kehormatan suamimu. Kau tetap sahabatku sampai kapan pun, anak anakmu anak aku juga."
Iwan memegang wajah Ana dengan ke dua tangannya,
" Ana ,lihat aku, adakah kau lihat kebohongan di mataku?, aku.menyayangimu sebagai sahabat kecilku. Aku tidak menikah bukan karena mu. Belum ada jodoh yang tepat aja."
Jemari Iwan menghapus bulir bulir di pipi Ana, "senyum dong, jelek tahu tampang begitu,"
Sembari meletakkan kepala Ana ke pundaknya, yang selalu Iwan lakukan kala Ana bersedih
" Yakinlah kau bahagia dengan suamimu ,aku pun merasakan bahagia itu. Jaga kehormatan mu dan jaga kepercayaan suamimu." Sembari mengusap kepala Ana.
Biarlah kenangan itu sepanjang hidup kita, sahabat hati sahabat kecil yang melindungi Ana sedari hingga sekarang. Hingga anak anak Ana tumbuh dewasa, oom Iwan belum juga menikah.
catatan.. sebagai penulis pemula, tidak tahu apakah ini termasuk fiksi teenlit juga. Â Menulis dan menulis. Belajar buat cerpen.