Roda mobil ini terus melaju semakin dekat
Suara mesin gergaji kayu terdengar
Dari kaca mobil, sosok itu terlihat jelas
Kenapa menatapmu  selalu ada bulir yang mengambang di ujung mataku.
Aku tak ingin mendekat, biarkan aku menatapmu di balik kaca mobil
Adakah kau rasa dua mata yang menatapmu dalam
Tidakkah kau sadari bahwa aku hadir di pelataran mu
Belasan tahun kau masih seperti dahulu
Namun guratan lelah mu tergambar jelas
Menua sebelum usia
Bahkan peluh mu tak ada yang menghapusnya
Inikah cinta?
Inikah sayang?
Pengorbanan yang tak kunjung usai!
Penantian pun tiada arti!
Ketika aku tepat di muka mu
Mata itu mata yang penuh menyimpan kepedihan
Mata yang selalu berbicara tentang hatimu, namun aku tak berani berandai
Karena lara ku telah berteman
Lukaku ada yang mengobati
Senyumku pun ada yang menikmatinya
Sedihku ada yang menemani
Tapi, kau tetap dalam kesunyian
Kau tetap dalam penantian panjangÂ
Lukamu tak ada yang mengobati
Sikap dingin mu pada kaumku berujung nestapa
Dalam diam mu cinta itu terus tumbuh
Bahkan tak seorang pun kau izinkan untuk memilikinya
Katamu biarkan rindu itu ada
Biarkan cinta itu bersemayam dalam kalbu
Karena tak akan pernah tergantikan.
Jarak membuat sunyi, kaku dan bisu
Namun ketika dua bola mata menatatap
Rindu itu menepis lara
Sayang itu menerpa jiwa.
Membiarkan senyummu mengembang
Membiarkan canda mu terburai
Membiarkan matamu menatap lekat
Wanita yang kau jaga kehormatannya.
Karena semua akan berlalu seiring waktu
Perjumpaan sedetik tak menyelaraskan penantian bertahun tahun
Kubiarkan  kau menyendiri karena ku tahu ruang itu telah terkunci.
Namun rasamu akan tetap tersimpan
Karena aku memahami gerakan  bola matamu.
Salahkah aku?
Tak mungkin aku menyakiti hatimu kembali.
Teruntuk sahabat kecilku, buka lebar pintu hatimu agar mampu menerima pengganti yang kau cintai dalam diam