Mohon tunggu...
Asmuddin
Asmuddin Mohon Tunggu... lainnya -

www.asmuddin.blogspot.com Belajar Menulis "Jika tidak bisa turun ke jalan, melawanlah dengan TULISAN"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanggal 31 Bulan Desember

29 Desember 2017   21:30 Diperbarui: 29 Desember 2017   21:42 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Di masa kecilku, saat  di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, ada dua hal yang sangat aku hindari, yang pertama adalah "membaca pusi", dan yang ke dua "memperkenalkan diri". Dengan alasan yang berbeda, akan ku hindari sebisa bisa mungkin pelajaran Bahasa Indonesia yang meskipun gurunya cantik berjilbab seperti pada sinetron-sinetron ramadhan, jika bahasannya ada praktek  "baca puisinya" maka dapat dipastikan aku hanya akan mengintipnya lewat jendela. Ada trauma saat membaca puisi karena setelahnya, bukan standing applaus yang kudapatkan, tapi cela dan sumpah serapah. Ini sebagai akibat dari ketidak mampuanku menyebut  huruf "R" secara sempurna. Bukannya tak belajar, kata orang lidahku pendek, maka setiap pagi aku menjulur-julurkan lidahku pas setelah bagun pagi. Sampai air liurku menetes segelas penuh setiap harinya, tetap saja aku tak bisa menyebut huruf "R" seperti orang-orang kebanyakan.

Lain lagi dengan kasus "memperkenalkan diri" ini tak ada kaitannya dengan kemampuan menyebut huruf "R", tapi merupakan rangkaian cerita yang  rumit, ini terkait dengan masa lalu, ada hubungannya dengan cara pandang keluarga terhadap pendokumentasian peristiwa kelahiran.

Saat pencatatan kelahiran belum sepenting sekarang, jika anda lahir dimana akta kelahiran masih menjadi barang yang belum dipikirkan, maka tanggal kelahiranmu akan ditulis pada tiang-tiang rumah, tangga, serta terukir pada bebatuan, akan terekam di memori dukun beranak. Celakanya, tanggal kelahiranku, dimana aku pertama kali nongol ke buka bumi ini, tak ada catatan sama sekali, kelahiran ku tak meninggalkan bekas. Entah apa yang dipikirkan orang-orang saat itu, sampai  tak ada yang menulisnya di tiang rumah,  mengukir jejak di bebatuan pun tak ada yang melakukannya. Jangan-jangan dukun yang membantu proses kelahiranku pun tak ingat hari, tanggal, dan tahun aku dilahirkan.

Peristiwa berpuluh tahun lalu itu lah yang menjadi penyebab utama aku tak percaya diri pada setiap momen perkenalan diri. Mukaku terkadang tiba-tiba menjadi pucat saat sampai pada bagian harus menjelaskan "tempat dan tanggal lahir" tangan ku terkadang menjadi kesemutan, tak bisa digerakan, pada setiap momen pengisisn daftar riwayat hidup, kolom tempat dan tanggal lahir menjadi sesuatu yang menakuakutkan bagiku.

Atas kemalangan yang menimpaku terkait tangga lahir yang tidak jelas itu, aku harus secara khusus mengucapkan terima kasih pada orang yang menemukan kalender, siapa pun dia, aku harus memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya padanya, jika kalian mengenal dan suatu saat pernah bertemu dengannya, sampaikan salam hormat dariku, karena dia menciptakan tanggal 31 Desember. Semua kemalangan dan ratapan yang menderaku terkait catatan tanggal kelahiranku ku bebankan padanya, tanggal 31 dan bulan Desember lah yang menanggungnya.

Bukannya tak ada usaha, sudah kutanyakan pada dua saudaraku, mereka tiba-tiba lupa ingatan, amnesia. Aku coba korek keterangan dari saudara ibuku yang menjadi saksi kelahiranku, semuanya gelap tak ada penjelasan. Satu-satunya memori ingatan yang masih tersisa adalah bahwa :
"Proses kelahiranku sangat susah" melalui perjuangan antara hidup dan mati, mungkin karena itu ibu ku bersumpah untuk tidak mau melahirkan lagi, maka jadilah aku anak yang paling terakhir.
Ada petunjuk lain, Aku lahir berselang beberapa hari jatuhnya Hamma'ding dari pohon kelapa dekat sekolah SD. Dia pun telah tiada, tak ada  lagi saksi yang dapat memastikan hari, tanggal, dan bulan kejadian itu, maka semuanya kembali menjadi gelap.

Meski tetap gelap, tanggal 31 bulan Desember telah menjadi penolongku, maka setiap momen perkenalan diri dan pengisisn biodata, akan ku sebut tanggal dan bulan itu sebagai penanda tanggal dan bulan lahirku.

Agar tidak menderita kemalangan seperti yang aku rasakan, catat dan dokumentasikanlah tanggal kelahiran anda, segerah ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Sumber gambar : gudangberitadunia.blogspot.com

Antang,    3 hari menjelang 31 Desember 2017

Tulisan juga bisa di akses di www.asmuddin.blogspotcom

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun