Mata kita teduh melihat awan berarakan
Kala surya menyengati kulit hitam legam
Mulutmu merutuk menengadahkan tangan
“Kami pemuda kalah, puncak impian yang tenggelam”
Oh . . Tuhan kami, Tuhan Semesta Alam . .
Masihkah kami akan mendengar kabar bahagia dari rahasia langit?
Sebuah janjiMu yang tertulis indah bagi umat di sepertiga malam
Bagi hambaMu yang lupa rasa madu, karena tercekoki kehidupann pahit
Kami kalah, kami pasrah, kami gelisah . . .
Genggaman perlahan terbuka lebar lima jari
Otot-otot kawat baja mengendur lemah
Terbanting . . terhempas jatuh ke pangkuan bumi
Jerit tangis suara anak-anak kami meminta susu
Celoteh pedas istri-istri kami karena asap tak mengepul
Istana surga bahtera keluarga yang dulu kami rindu
Kini dimukimi syetan-syetan jahat saling bergumul
Oh . . Tuhan kami Maha Pemurah
Terimakasih, Kau masih memberi hidup kami untuk terus melangkah.
Medan, 5 Februari 2015