Mohon tunggu...
Binti Nur Asiyah
Binti Nur Asiyah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

dosen di IAIN Tulungagung

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pemilu Online, Jawaban Generasi Milenial atas Korban Pemilu 2019

26 April 2019   18:44 Diperbarui: 26 April 2019   18:48 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemerhati pemilu luar biasa di zaman digital kali ini, mencapai 87.600.000 (google.com). Sebagaimana yang marak di media sosial, hingga media online korban pemilu, jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia kembali bertambah. Kini jumlah petugas KPPS yang meninggal berjumlah 225 orang. "Bertambah, jumlah anggota wafat sebanyak 225 dan sakit 1.470," ujar komisioner KPU Viryan Aziz kepada wartawan, Kamis (25/4/2019 detik.news). 

Perlu dipertegas bahwa KPPS merupakan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang mempertanggungjawabkan hasil pemilihan di masing-masing TPS. hal ini ada pada tanggal 17 April 2019 hingga selesai. Menurut hasil pengamatan ada yang selesai malam hari, hingga ada yang dini hari ditanggal 18 April 2019. Kenapa waktu itu menjadi penting, karena berkaitan dengan kekuatan fisik seseorang. Bagi yang tidak terbiasa dengan kerja gaya terusan waktu, maka hal ini menjadi ancaman fisik, mulai masuk angin, hingga daya tahan tubuh menurun. Menjadi pertanyaan mengapa hal demikian bisa terjadi, karena schedule pelaksanaan pemilu hanya diatur saat pembukaan pukul 07.00 dan penutupan pemilihan pukul 13.00. sementara jam kerja penghitungan tidak menjadi aturan resmi, sehingga petugas berfikir output, bukan proses. Apalagi zaman media sosial, tingkat kepercayaan sesorang didorong oleh media sosial cukup tinggi. Hal ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya yang juga menggabungkan antara pileg dengan pilpres, semua aman-aman saja. Tingkat kepercayaan ini mendorong seseorang harus kerja selesai jadi, karena tidak ingin ada masalah berikutnya berupa kemungkinan tangan-tangan tidak bertanggung jawab.

Bukan tanpa alasan juga ketika Komisi Pemilihan Umum menyelenggarakan pemilu secara serentak, karena biaya yang dikeluarkan diantaranya sebagai pertimbangan. Biaya waktu pelaksanaan, biaya gaji penyelenggara cukup sekali, selain itu biaya cetak kertas suara. Zaman ini sudah milenial, hampir setiap orang sudah memanfaat android dalam kehidupannya. Pemilu online seperti cat tes rekrutment PNS menjadi salah satu alternatif solusi. hal ini menghilangkan biaya cetak kertas surat suara, form2, biaya penyelenggara bisa diminimalisir, karena petugas tidak terlalu banyak. bayangkan dalam satu desa terdiri dari puluhan tempat pemungutuan suara, masing-masing ada penyelenggara yang tentu berbiaya. Hal yang perlu difikirkan adalah analisa berapa yang siap online, anggaplah dalam satu desa online di balai desa, dan cukup beberapa TPS yang menyediakan manual, hal itu bisa menjawab seluruh lapisan masyarakat. Tugas PPS tingkat desa melakukan research awal dengan memastikan bahwa pemilih memilih dengan online atau manual.

Jika masalahnya pada jaringan internet, maka hari pemilihan tugas negara memastikan seluruh satelit diarahkan untuk membantu jaringannya agar bisa online maksimal. apalagi perkantoran hari itu libur secara nasional, tentu pengggunaan internet dalam kantor terkurangi. Mari kita songsong kondisi zaman 4.0 bermanfaat untuk pemilu secara nasional, data langsung terekem nasional, tanpa berfikir selisih pandangan akibat distrik yang luas, geografis yang luas, dan beragam kondisi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun