Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Wisata Kemiren di Banyuwangi, Menggabungkan Wisata Budaya, Adat dan Kuliner

19 Oktober 2022   18:57 Diperbarui: 19 Oktober 2022   20:50 1411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu penari gandrung di Desa Wisata Kemiren (dok asita)

Ketika mendengar suara musik pengiring penari gandrung yang terdiri dari gong, biola, kendhang dan kluncing berirama keras dengan tambahan suara sinden menggema melengking tinggi.Kaki saya tidak tahan untuk bergabung ikut penari gandrung berlenggak lenggok ikut menari.

Apalagi penari gandrung yang sedang menyambut tamu di pendopo Kampung Osing Desa Wisata Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jatim sangat bersemangat memberi kalungan selendang kepada tamu-tamu yang hadir untuk ikut ngibing atau mengajak menari bersama dengan mengalungkan selendang di leher tamu.

Pemain musik gandrung dan mbok temu, sinden penyanyi tari gandrung (dok asita)
Pemain musik gandrung dan mbok temu, sinden penyanyi tari gandrung (dok asita)

Bukan hanya hentakan tarian gandrung yang menarik hati saya tapi suara sinden yang merdu karena siang itu sinden yang sedang bernyanyi adalah Mbok Temu, salah satu sinden senior di Desa Kemiren yang terkenal akan suaranya yang merdu dan bernada tinggi.

Penulis ikut menari gandrung (dok asita)
Penulis ikut menari gandrung (dok asita)


Ketika saya sedang berjalan-jalan menikmati aroma alam di persawahan di Desa Kemiren,  mendapat info dari salah satu guide bahwa hari itu ada tamu satu bus dari luar daerah dan akan ada pertunjukan tari gandrung.Maka saya segera meluncur ke pendopo Kampung Osing ,Desa Wisata  Kemiren untuk bergabung dengan penari gandrung.

Akhirnya bukan saya sendiri yang ikut menari, para tamu lain juga tidak tahan untuk turun menari bersama penari gandrung yang berjumlah empat orang

Tari gandrung adalah tari tradisional khas Banyuwangi yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.Tari gandrung awalnya adalah tarian sebagai rasa syukur  kebudayaan asli Suku Osing sebagai wujud syukur dari hasil panen padi yang melimpah.

Salah satu model rumah adat suku osing di Desa Wisata Kemiren (dok asita)
Salah satu model rumah adat suku osing di Desa Wisata Kemiren (dok asita)

Busana penari gandrung sangat khas dengan baju beludru hitam dengan separuh punggung dan bahu terbuka. Punggung penari gandrung rata-rata kelihatan putih mulus.  Memakai mahkota kepala yang dinamakan omprog merupakan hiasan kepala yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornament berwarna merah dan emas.  Sedangkan bagian bawah menggunakan kostum batik bercorak khas Banyuwangi yaitu gajah oling.

Tari gandrung memang menjadi pertunjukan utama tamu-tamu yang datang di Desa Wisata Kemiren sebagai salah satu desa wisata unggulan di Banyuwangi dengan julukan khusus Sunrise of Java, yang berarti Banyuwangi sebagai kota di mana matahari terbit pertama kali  di Pulau Jawa. Ini saya alami apabila menginap di Banyuwangi masih pagi pukul 05.00 WIB matahari sudah muncul di  ufuk timur

Kampung rumah adat suku osing di Desa Wisata Kemiren (dok asita)
Kampung rumah adat suku osing di Desa Wisata Kemiren (dok asita)
Setelah puas menari dengan penari gandrung, kemudian saya menikmati makanan khas suku Osing Banyuwangi yaitu: pecel pitik,uyah asem, urap sayur, pepes tuna, nasi tempong dan jajanan pasar.

Setelah kenyang makan saya kembali menelusuri kampung adat Suku Osing,  Desa Wisata Kemiren yang terdiri dari rumah berdinding anyaman bambu dan berderet lokasinya.Rumah adat Osing berbentuk atap limas dari bahan genteng tanah tipis dan di dalam ruangan tidak ada sekat batas bersifat terbuka.Memiliki teras rumah ruang terbuka untuk menerima tamu di depan rumah.

 Kehidupan di sini kelihatan sangat santai dan tenang.Saya melihat beberapa ibu-ibu tua sedang menginang atau makan sirih kapur sambil bercengkerama bersama antar tetangga di satu kursi panjang.

Dari beberapa rumah yang saya masuki dapurnya masih menggunakan alat-alat memasak tradisional dan memakai tungku perapian dari kayu bakar.

dapur tradisional suku osing (dok asita)
dapur tradisional suku osing (dok asita)

Desa Wisata Kemiren merupakan Desa Wisata Ramah Berkendara karena memiliki jalur akses beraspal hotmix dengan dua jalur mobil. Cukup waktu 15 menit dengan kendaraan mobil  bisa ditempuh dari tengah  Kota Banyuwangi yang berjarak hanya tujuh kilometer dari pusat kota Alun-alun Kota Banyuwangi. 

Ketentuan tentang Desa Wisata Ramah Berkendara bisa dilihat pada link ini adira.id/e/fkl2022-blogger. Syarat utama Desa Wisata Ramah Berkendara adalah memiliki SPBU atau pompa bensin mini dan tempat servis mobil. Di Desa Wisata Kemiren banyak sekali Pertamini tersedia. Tidak hanya satu tempat tapi saya lihat ada beberapa titik Pertamini  dan tempat servis mobil tersedia juga. Sedangkan SPBU Pertamina hanya berjarak 5 kilometer dari Desa Wisata Kemiren.

Adira Finance berpartisipasi dalam pengembangan desa wisata dengan mengadakan jelajah desa wisata ramah berkendara, dan mengunjungi desa wisata yang mengadakan Festival Kreatif Lokal. Acara ini sangat mendukung pengembangan desa wisata yang dapat mendorong kemajuan perekonomian Indonesia.

Khusus lokasi wisata Kampung Adat Suku Osing yang terdiri dari beberapa rumah adat saja bisa diakses dengan berjalan kaki dan naik sepeda motor. Kampung rumah penduduk asli Suku Osing yang saya kunjungi hanya mendapat akses jalan setapak. Sehingga wisatawan yang datang beroda empat atau bus harus memarkir kendaraannya di jalan utama di Depan Kantor Desa Wisata Kemiren.

Desa Wisata Kemiren berasal dari nama pohon kemiri. Karena di desa penghasil buah kelapa ini juga banyak ditanam pohon bumbu dapur kemiri. Mayoritas masyarakat yang berasal asli Banyuwangi  adalah Suku Osing yang merupakan suku asli kabupaten Banyuwangi. Bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa osing, yang nada suaranya seperti bahasa ngapak Banyumasan tetapi dengan dialek Jawa Timur.

Penduduk asli suku osing sedang bercengkerama (dok asita)
Penduduk asli suku osing sedang bercengkerama (dok asita)

Wisatawan tak perlu khawatir ketika berkunjung ke Desa Wisata Kemiren soal penginapan. Karena sudah tersedia hotel berbintang dan banyak  homestay yang siap sebagai tempat untuk istirahat. Homestay dengan arsitektur rumah asli osing banyak tersedia dan keramahan warganya membuat nyaman terasa di kampung sendiri. Tempat ngopi-ngopi cantik juga banyak tersedia di sini karena banyak tersedia cafe-cafe  dengan menu kopi lanang, jaran goyang dan arabica hasil petani perkebunan kopi di Banyuwangi.

Berbagai penghargaan sudah diterima Desa Wisata Kemiren antara lain: Desa Wisata Award 2021 dan masuk kategori  100 besar Anugerah Desa Wisata (ADWI 2021). Desa Wisata Kemiren menjadi satu dari sebelas desa terpilih di Jawa Timur dan telah lolos melewati 1.831 peserta dari 34 provinsi se-Indonesia.

Kotak tempat penyimpanan kapur sirih suku osing di Desa Wisata Kemiren (dok asita)
Kotak tempat penyimpanan kapur sirih suku osing di Desa Wisata Kemiren (dok asita)

 Yang paling membanggakan Desa Wisata Kemiren pernah mendapat  anugerah Sertifikat Desa Wisata Berkelanjutan dari Kemenparekraf dan lembaga sertifikasi oleh Indonesia Sustainable Tourism Council.

Festival kreatif lokal yang diadakan masyarakat setempat  di Desa Wisata Kemiren sudah berlangsung selama lima tahun terakhir ini dengan memiliki kalender jadwal kegiatan adat tahunan antara lain: Barong ider bumi di bulan Syawal, Tumpeng sewu di bulan Dzulhijjah, Festival sangria kopi di bulan Oktober,dan setiap akhir pekan ada acara pasar kempreng aneka jajan pasar.

Wisatawan apabila berkunjung ke Desa Wisata Kemiren akan mendapat keuntungan plus adanya  wisata yang beragam seperti edukasi,alam,  kuliner, seni  dan budaya. Desa Wisata Kemiren juga memiliki buah unik lokal yaitu duren merah yang pohonnya hanya tumbuh di desa wisata ini. Sayang ketika saya  berkunjung ke Desa Wisata Kemiren, buah duren merah sedang tidak musim sehingga saya tidak berhasil mencicipi buah unik tersebut.

Suku osing banyuwangi , wanitanya suka hobi makan kapur sirih (dok asita)
Suku osing banyuwangi , wanitanya suka hobi makan kapur sirih (dok asita)

Untuk paket wisata di Desa Wisata Kemiren dikelola oleh guide dari karang taruna remaja-remaja yang sudah dididik menjadi guide wisata oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan antara lain trecking sawah dan menanam padi, belajar menari gandrung, belajar musik tradisonal, menyangrai kopi, belajar membatik, kunjungan ke rumah adat osing, pertunjukan musik lesung, melihat atraksi penari gandrung dan kuliner masakan asli suku Osing.  Paket wisata ini bisa dicek di web  kemiren. 

Atraksi seni budaya, kentalnya adat tradisi yang masih dilaksanakan dan adanya masyarakat suku asli Osing yang hidup berdampingan untuk menawarkan paket wisata di Desa Wisata Kemiren, membuat pengalaman saya sebagai traveler sangat berkesan dan indah.

Oleh-oleh makanan kue bakiak (dok asita)
Oleh-oleh makanan kue bakiak (dok asita)

Oleh-oleh khas Banyuwangi yang bisa dibeli untuk dibawa pulang antara lain:  kopi kemiren Jaran Goyang, kopi lanang, batik gajah oling, makanan kering mulai dari sale pisang, kue sagu, kue klemben, kue bagiak, manisan pala,  kerupuk kulit,  menjadi produk unggulan Desa Wisata Kemiren. Kalau saya pribadi untuk oleh-oleh makanan di rumah adalah sale pisang dan kue bagiak sangat cocok untuk teman minum teh di sore hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun