Penulis bisa memaklumi sebutan tersebut karena agama memang bukan Tuhan.
Tuhan Yang Maha Esa Mengesakan umat beragama dalam berketuhanan
Yang unik dalam kenyataan di NKRI. Ada dua kelompok kaum yang beragama dan kelompok  yang tidak mau disebut umat beragama. Tetapi lebih senang menyebut diri mereka sebagai kaum penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Keduanya mengakui keberadaan Tuhan yang tentu saja dengan persepsi yang berbeda. Dan sudah tentu diikuti pula dengan ritual, sikap dan perilaku hidup yang berbeda dalam keseharian.
Barangkali. Bagi kaum kaum penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan agama tidak lagi dimasalahkan. Yang dibawa ajaran agama sudah benar. Yang dipermasalahkan justru cara atau sikap dalam berketuhanan.
Fakta menunjukkan bahwa mereka yang seagama bisa berselisih sangat serius sampai berdarah-darah karena "cara" berketuhanan yang tidak sama.
Tetapi sebaliknya. Mereka yang berbeda agama bisa hidup rukun berdampingan dengan damai karena cara mereka bertuhan sama.
Di NKRI. Bagi kaum beragama keberadaan kaum penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa pun tidak masalah. Barangkali mereka sama sekali tidak dianggap sebagai  kaum kafir yang memusuhi kaum beragama.
Kebhinnekaan dalam NKRI perekat kesatuan bangsa
Mungkin, berkat diterimanya Pancasila sebagai dasar negara maka perbedaan agama dan perbedaan---keberadaan Tuhan justru menjadi perekat kebangsaan yang indah dan nyaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal tersebut disebabkan persepsi tentang Tuhan pada kaum agama dibentuk oleh kebenaran mutlak yang disampaikan kitab suci agama masing-masing. Â Sedang bagi kaum penghayat kepercayaan tidak pernah ragu dengan ajaran luhur dari pengalaman menghayati kehidupan yang diwasiatkan para leluhurnya yang juga menyerap banyak ajaran agama-agama yang sejak lama ada di nusantara.Â