Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebuah Renungan Ramadan tentang Tuhan Yang Maha Esa

21 Mei 2018   11:30 Diperbarui: 21 Mei 2018   14:37 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penulis bisa memaklumi sebutan tersebut karena agama memang bukan Tuhan.

Tuhan Yang Maha Esa Mengesakan umat beragama dalam berketuhanan

Yang unik dalam kenyataan di NKRI. Ada dua kelompok kaum yang beragama dan kelompok  yang tidak mau disebut umat beragama. Tetapi lebih senang menyebut diri mereka sebagai kaum penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Keduanya mengakui keberadaan Tuhan yang tentu saja dengan persepsi yang berbeda. Dan sudah tentu diikuti pula dengan ritual, sikap dan perilaku hidup yang berbeda dalam keseharian.

Barangkali. Bagi kaum kaum penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan agama tidak lagi dimasalahkan. Yang dibawa ajaran agama sudah benar. Yang dipermasalahkan justru cara atau sikap dalam berketuhanan.

Fakta menunjukkan bahwa mereka yang seagama bisa berselisih sangat serius sampai berdarah-darah karena "cara" berketuhanan yang tidak sama.

Tetapi sebaliknya. Mereka yang berbeda agama bisa hidup rukun berdampingan dengan damai karena cara mereka bertuhan sama.

Di NKRI. Bagi kaum beragama keberadaan kaum penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa pun tidak masalah. Barangkali mereka sama sekali tidak dianggap sebagai  kaum kafir yang memusuhi kaum beragama.

Kebhinnekaan dalam NKRI perekat kesatuan bangsa

Mungkin, berkat diterimanya Pancasila sebagai dasar negara maka perbedaan agama dan perbedaan---keberadaan Tuhan justru menjadi perekat kebangsaan yang indah dan nyaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal tersebut disebabkan persepsi tentang Tuhan pada kaum agama dibentuk oleh kebenaran mutlak yang disampaikan kitab suci agama masing-masing.   Sedang bagi kaum penghayat kepercayaan tidak pernah ragu dengan ajaran luhur dari pengalaman menghayati kehidupan yang diwasiatkan para leluhurnya yang juga menyerap banyak ajaran agama-agama yang sejak lama ada di nusantara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun