Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebuah Renungan Ramadan tentang Tuhan Yang Maha Esa

21 Mei 2018   11:30 Diperbarui: 21 Mei 2018   14:37 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebab menurut realita yang difahami penulis dari ajaran-ajaran agama, Tuhan itu ternyata tidak esa. Tuhan tidak satu. Melainkan Yang Maha Esa.

Di kalangan Islam sendiri dinyatakan ada sembilanpuluh sembilan nama Tuhan. Apakah yang demikian hanya boleh ditafsirkan bahwa sembilanpuluh sembilan nama itu sesungguhnya hanya satu nama saja yaitu "Allah?"

Wujud Allah Arrahman tidak sama dengan Allah Arrahim

Penulis berpandangan bahwa wujud satu nama Tuhan yang satu belum tentu atau tidak sama wujud dengan nama Tuhan yang lain.

Misalnya. Wujud "Tuhan Yang Maha Kasih" tentu saja bisa dibuktikan berbeda wujud dengan "Tuhan Yang Maha Penyayang." Berbeda wujud pula dengan Tuhan Yang Maha Adil; berbeda pula dengan wujud  Tuhan Yang Maha Suci; Tuhan Yang Maha Tahu; Tuhan Yang Maha Mendengar; Tuhan Yang Maha Sempurna dan seterusnya.

Tentu saja perbedaan wujud yang dimaksud adalah perbedaan wujud sifat KuasaNYA. Sedang Tuhan sendiri tidak berwujud atau berbentuk, walau wujud KuasaNYA pasti Mewujudkan setiap wujud yang bisa dikenali bentuk, dzat, sifat, kudrat, iradat dan RahmatNYA.

Maaf. Siapapun sangat boleh tidak sependapat dengan pandangan penulis. Tetapi penulis sama sekali tidak mengharapkan reaksi yang buruk terhadap tulisan ini. Penulis justru mengharapkan hadirnya pemikiran lain yang lebih jernih dan mencerdaskan sesama umat Tuhan dalam berketuhanan dan beragama. Mumpung sedang dalam bulan Ramadhan.

Bercerita menerangkan tentang Tuhan tidak dilarang

Siapa pun tidak dilarang menerangkan tentang Tuhannya. Sehingga  walau Tuhan tidak terlihat, bisa diketahui dan dimengerti dengan terang tentang KeberadaanNYA dalam kehidupan sehari-hari.  

Penulis berpandangan bahwa orang lain tidak boleh melarang atau menyalahkan mereka yang bercerita tentang Tuhannya, tetapi boleh saja seseorang menyatakan tidak mau mendengarnya dengan cara yang baik-baik.

Kalau berbicara tentang keberadaan Tuhan, sebaiknya harus siap pula dengan bukti-bukti---referensi,  KebenaranNYA.  Tanpa membawa bukti-bukti KebenaranNYA berbicara tentang Tuhan hanya akan mengulang bercerita tentang cerita-cerita yang pernah diceritakan orang-orang lain yang terdahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun