Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Joget Velocity dan Hipnosis Digital

16 April 2025   14:53 Diperbarui: 17 April 2025   14:16 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joget Velocity. (Sumber: shutterstock via kompas.com)

Musikal: Mereka tahu struktur irama yang bisa membuat dopamine meledak.

Spasial dan kinestetik: Mereka tahu koreografi apa yang cocok dengan tiap beat.

Kognitif-algoritmis: Mereka mengerti "bahasa" algoritma TikTok dan YouTube Shorts---berapa durasi ideal, kapan transisi harus terjadi, kapan hook visual dimunculkan.

Psikologis: Mereka tahu kapan membuat pemirsa tertawa, terpukau, atau terjebak.

Ini adalah interseksi antara seni, psikologi, dan sains data, dan mereka menguasainya dengan luwes. Kontennya tampak spontan, tapi tiap detik sebenarnya penuh perhitungan.

Motivasi Internal: Monetisasi, Validasi Sosial, dan Manipulasi Atensi

Tiga motif utama mendasari aktivitas para arsitek ini:

  1. Monetisasi: Platform seperti TikTok, YouTube Shorts, atau Reels membayar berdasarkan watch time dan engagement. Semakin cepat konten viral, semakin besar peluang muncul di beranda, dan semakin besar pula peluang disponsori.

  2. Validasi Sosial: Like, view, dan comment adalah mata uang sosial yang adiktif. Fenomena ini bukan lagi sekadar narsisme; ini adalah ketergantungan neurokimia terhadap pujian digital.

  3. Manipulasi Atensi: Semakin lama pengguna tertahan, semakin besar peluang sang kreator mendulang pengaruh dan kekuasaan sosial digital---entah itu berupa follower, endorsement, atau posisi dominan dalam algoritma rekomendasi.

Mereka sadar: atensi adalah sumber daya yang langka dan paling berharga di era ini. Maka yang mereka lakukan bukanlah mencipta seni, tapi mengambil paksa waktu kognitif kolektif manusia dan menjualnya ke pasar terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun