Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)

3 September 2022   08:41 Diperbarui: 3 September 2022   08:44 49636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: olahan canva.com

Bagaimana cara Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)?

Tugas guru dalam merancang dan mengembangkan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) adalah memahami Capaian Pembelajaran (CP), kemudian merumuskan Tujuan Pembelajaran (TP) berdasar CP, lalu langkah selanjutnya adalah menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang dijabarkan dari TP. Fungsi ATP adalah sebagai silabus yang selama ini dikenal dalam Kurikulum 2013. ATP merupakan perencanaan dan pengaturan pembelajaran serta asesmen secara garis besar untuk jangka waktu satu fase.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun ATP, yaitu:

1. Menggali kata kunci

Tujuan pembelajaran yang dirancang dan disusun merupakan tujuan yang umum, bukan tujuan pembelajaran harian, atau tujuan instruksional umum, bukan tujuan instruksional khusus. Pada tahap ini guru dapat menggali kata kunci yang ada dalam CP.

2. Harus tuntas untuk satu fase.

ATP harus tuntas untuk satu fase, tidak boleh terpotong di tengah jalan. Artinya, dalam menyusun ATP harus didedikasikan untuk memenuhi CP dalam satu fase dan tidak dapat diteruskan pada fase berikutnya.

3. Dikembangkan secara kolaboratif.

ATP harus dikembangkan secara kolaboratif dengan guru lain yang mengajar dalam satu fase. Misalnya, untuk fase A kolaborasi bisa dilakukan oleh guru kelas 1 dan kelas 2. Atau  guru Matematika harus berkolaborasi dengan sesama guru Matematika yang mengajar di kelas 7, 8 dan 9 untuk fase D.

4. Sesuai karakteristik dan kompetensi.

ATP harus dikembangkan sesuai karakteristik dan kompetensi yang dikembangkan setiap mata pelajaran. Oleh karenanya ATP sebaiknya dikembangkan oleh guru yang mahir dalam mata pelajaran tersebut.

5. Tidak perlu lintas fase.

Penyusunan ATP tidak perlu lintas fase.

6. Harus logis.

Metode penyusunan ATP harus logis, dan disusun dari kemampuan yang sederhana ke yang lebih rumit. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik mata pelajaran, pendekatan pembelajaran yang digunakan. Misalnya, dalam matematika, penjumlahan dan pengurangan diajarkan lebih dahulu baru pada konsep perkalian. Atau mengajarkan penyusunan kalimat efektif dahulu baru mengajarkan penyusunan paragraph pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

7. Sederhana dan langsung ke intinya.

Dokumen ATP disajikan dengan sederhana dan langsung ke intinya agar mudah dipahami oleh guru lain yang membaca.

8. Dapat bernomor/huruf.

Karena ATP yang disediakan oleh Kemendikbudristek merupakan contoh, maka ATP dapat bernomor atau ber-huruf, untuk menunjukkan urutan dan tuntas penyelesaiannya dalam satu fase.

9. Tidak bercabang.

ATP menjelaskan satu alur tujuan pembelajaran (ATP), tidak bercabang, tidak memberi kesempatan kepada guru untuk memilih. Apabila guru menginginkan urutan yang berbeda, sesuai kebutuhan peserta didik, maka disarankan membuat ATP yang lain. Urutan atau alur perlu jelas dan sesuai kebutuhan peserta didik, dan untuk itu dapat diberikan nomor atau kode.

10. Fokus pada pencapaian CP.

ATP fokus pada pencapaian CP, bukan pada Profil Pelajar Pancasila dan tidak perlu dilengkapi dengan pendekatan atau strategi pembelajaran atau pedagogi.


Dalam menyusun TP menjadi ATP guru dapat memilih dan mengacu pada cara-cara berikut:

  • Mengurutkan dari yang konkret ke yang abstrak
  • Mengurutkan konten yang konkret dan berwujud ke konten yang lebih abstrak dan simbolis.
  • Mengurutkan dengan metode deduktif
  • Mengurutkan konten yang berdifat umum ke konten yang lebih spesifik.
  • Mengurutkan dari yang mudah ke yang lebih sulit
  • Mengurutkan konten dari yang paling mudah ke konten yang paling sulit.
  • Mengurutkan secara hierarki
  • Mengajarkan keterampilan komponen konten yang lebih mudah terlebih dahulu sebelum mengajarkan keterampilan yang lebih kompleks.
  • Mengurutkan secara prosedural
  • Mengajarkan tahap pertama dari sebuah prosedur, kemudian membantu peserta didik untuk menyelesaikan tahapan selanjutnya.
  • Scaffolding, yaitu mengurutkan dengan meningkatkan performa sekaligus mengurangi bantuan secara bertahap.

Ada beberapa pilihan peran dalam proses merancang pembelajaran:

  • Menggunakan contoh yang telah disediakan pemerintah (Kemendikbudristek) di Platform Merdeka Mengajar.
  • Mengembangkan dan memodifikasi contoh yang disediakan oleh pemerintah (KEmendikbudristek)
  • Merancang sendiri berdasarkan CP

Tiga pilihan tersebut memberi kesempatan kepada guru untuk belajar menerapkan Kurikulum Merdeka yang juga sesuai dengan proses belajar guru saat ini.

Referensi:

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan. 2022. Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Platform Merdeka Mengajar, Modul Pelatihan Mandiri Materi Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran, https://guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-mandiri/video/231?materi=415&materi_name=Menyusun%20Alur%20Tujuan%20Pembelajaran&modul=39&modul_name=&topik=11&topik_name=Perencanaan%20Pembelajaran%20%20SD%2FPaket%20A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun