Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rezeki, Pemberian Allah yang Tak Terduga

15 Januari 2025   06:24 Diperbarui: 15 Januari 2025   06:24 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanam Cabai Mencari Rezeki (Dokumen pribadi)

Rezeki adalah pemberian Allah yang harus diupayakan dengan usaha dan kerja keras, bukan hanya ditunggu tanpa tindakan. Kadang, rezeki datang dengan cara yang tak terduga, di luar perkiraan manusia. Namun, rezeki sejatinya bukan sekadar harta atau uang. Nafas yang kita hirup, kesehatan yang kita nikmati, dan kesempatan hidup yang kita miliki setiap hari adalah bagian dari rezeki yang Allah anugerahkan kepada kita. Semua itu adalah bukti nyata kasih sayang-Nya yang melampaui batas.

Pengertian Rezeki

Kata rezeki berasal dari bahasa Arab, yaitu rizqi, yang secara etimologi berarti "pemberian." Dalam istilah, rizq diartikan sebagai segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT kepada makhluk ciptaan-Nya untuk dimanfaatkan dan dikonsumsi, baik yang halal maupun yang haram. Pengertian ini mencerminkan bahwa rezeki adalah bagian dari kasih sayang Allah yang mencakup segala kebutuhan makhluk hidup.

Menurut Wikipedia, dalam Islam, rezeki diartikan sebagai segala sesuatu yang memberikan manfaat bagi makhluk ciptaan Allah. Rezeki tidak terbatas pada materi atau harta semata, tetapi mencakup semua nikmat yang mendatangkan kebaikan, seperti kesehatan, ilmu, kesempatan, dan hubungan yang harmonis. Itu semua adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata rezeki memiliki dua pengertian utama. Pertama, rezeki diartikan sebagai segala sesuatu yang bermanfaat dalam memelihara kehidupan seorang hamba, seperti makanan, udara, dan pemberian lain dari Allah yang menunjang keberlangsungan hidup.

Kedua, rezeki juga digunakan sebagai kiasan untuk menggambarkan pendapatan, keuntungan, peluang, atau kesempatan dalam memperoleh makanan, uang, serta berbagai hal lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kedua makna ini menunjukkan bahwa rezeki mencakup aspek fisik dan metaforis dalam kehidupan manusia.

Dalam Islam, makna rezeki mencakup berbagai hal yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya, seperti pemberian, makanan, hujan, nafkah, pahala atau balasan, surga, rasa syukur, dan buah-buahan. Rezeki ini hadir dalam dua bentuk, yaitu rezeki zahir yang tampak secara fisik, dan rezeki batin yang dirasakan dalam hati, seperti ketenangan dan kebahagiaan.

Rezeki telah ditentukan dan mulai diterima sejak seseorang berada dalam rahim hingga kehidupan di akhirat kelak. Sebagai wujud syukur atas rezeki yang diterima, seorang hamba dianjurkan untuk berbagi melalui berbagai bentuk sumbangan yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, sehingga rezeki tersebut membawa keberkahan yang lebih luas.

Rezeki Sudah Tertakar, Tidak Akan Tertukar

Rezeki dalam bentuk zahir sering kali diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat material, seperti harta dan makanan. Dari sinilah muncul istilah bahwa seseorang yang memiliki banyak rezeki adalah mereka yang tercukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Ketiga elemen ini dianggap sebagai simbol dari kecukupan hidup dalam aspek fisik dan materi.

Rezeki telah ditentukan oleh Allah, termasuk siapa yang akan menerimanya dan dalam bentuk apa. Meski ada ungkapan yang populer, "rezeki sudah tertakar dan tidak akan tertukar," hal ini tidak berarti bahwa rezeki akan datang begitu saja tanpa usaha. Sebaliknya, rezeki perlu dijemput dan diupayakan dengan kerja keras, doa, dan tawakal, agar dapat dimiliki dan membawa keberkahan. Allah telah menetapkan rezeki, tetapi usaha manusia menjadi bagian dari ikhtiar untuk meraihnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun