Masihkah kau tandang keraguan
Pada pagi yang tangis langitnya dilukiskan
Disaat desis semi mentari dicecahi
Pekik lupa yang bisingnya sering menyakiti
Seharusnya kita dapat berlari
Berburu nurani disenja tadi hari
Berbekal luka ingatan terperosok yang pernah diajarkan
Guna ucap selamat pagi esok yang selalu dinantikan
Masihkah esok pagi ini angkuh kau agungkan
Dalam sorot rindu yang tengah meriah dari kejauhan
Sebelum mendung terpaksa menutup atas telinga
Padahal ranum matahari memaksa diri untuk mengayuhkan rasa iba
~MD
Yogyakarta, 27/10/21
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!