Mohon tunggu...
Humaniora

Pemuda Terhadap Bangsa (sebagai Renungan)

27 Juli 2015   09:24 Diperbarui: 27 Juli 2015   10:29 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PEMUDA TERHADAP BANGSA (sebagai renungan)

PEMUDA adalah tulang punggung bangsa. Pemuda adalah harapan bangsa. Pemuda adalah masa depan bangsa. Begitu penting kedudukan dan peranan pemuda membuat presiden pertama indonesia Bung Karno berkata,’’ Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.” (Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia).

Kedudukan dan peran pemuda memang sangat vital dalam pembangunan sehingga masa depan bangsa berada di tangan mereka. Di pundak merekalah harapan dan cita-cita bangsa ini digantungkan sehingga pemuda dituntut berperan aktif dan tampil terdepan dalam pembangunan bangsa, baik pembangunan fisik maupun mental spiritual atau karakter.

Sejarah membuktikan bahwa pemuda merupakan pendobrak dan penentu jalannya sejarah bangsa ini. Pada 1927 Bung Karno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), saat usianya baru 26 tahun (lahir di Surabaya, 6 Juni 1901). Dalam usia 44 tahun, dia bersama Bung Hatta yang saat itu baru berusia 43 tahun ( lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902 ) memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Maka tidak berlebihan kiranya bila dikatakan pemuda adalah pilar kelima dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setelah Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

Tidak ada orang tua yang tidak sayang terhadap putra-putrinya, mungkin kita ingat ketika masih di usia balita sampai dengan menjelang remaja. Orang tua selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mari kita renungi apa yang menjadi ketika ketika kecil dulu. Semua permintaan yang membuat kita senang, dengan susah payah orang tua mengabulkan walaupun dengan segala keterbatasan untuk memenuhi keinginan anaknya. Mungkin hati orang tua akan menjerit pada saat tidak bisa memenuhi keinginan putra–putrinya, mungkin jiwanya akan galau dan sedih pada saat kekurangannya dianggap sebagai bentuk ketidak sempurnaan sebagai orang tua. Tapi dengan lugunya,sang anak menangis untuk dapat dikabulkan permintaannya, tanpa mengetahui keadaan orang tuanya. Serta merta kondisi tersebut membuat orang tua meneteskan air mata tanda ke pedihan hatinya.

Beranjak menjadi sikecil yang dewasa, keinginannya lebih dahsyat ketika masih dalam gendongan orang tua. Tidak henti-hentinya orang tua selalu memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan rezeki yang berlimpah agar ada perubahan nasib baik dalam keluarganya maupun pada saat putra-putrinya besar kelak.

Mungkin situasi ini akan dirasakan oleh sikecil dan sidewasa, pada saatnya kelak menjadi orang tua. Arti pentingnya menjadi tumpuan keluarga, menjadikan orang tua selalu berfikir keras untuk dapat memenuhi segala “kebutuhan” hidup keluarganya. Pertanyaannya adalah apakah ada perbedaan konsep pemenuhan hidup antara sikaya dan yang kekurangan? Ternyata jawabannya penulis menganggap sama, yaitu HARAPAN terhadap putra-putrinya kelak. Pemenuhan kebutuhan hidup, hanya semata-mata mengharapkan putra-putrinya menjadi orang-orang yang bisa di”harapkan”, baik oleh keluarga, masyarakat maupun negara.

Harapan merupakan keinginan positif yang sifatnya seperti mimpi oleh setiap orang, yang artinya adalah dimana kondisi tersebut belum menjadi kenyataan apabila si pemimpi tidak merasakan bahwa mimpinya menjadi suatu bentuk realita yang dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. Terkait dengan harapan tersebut, bagaimana kondisi saat ini yang terjadi? Beberapa fakta menunjukan bahwa banyak dari kalangan muda yang terlibat dalam berbagai bentuk tindak pidana, tidak mengenal status sosial maupun ekonomi. Namun tidak sedikit juga pemuda-pemudi yang berhasil dalam menjalankan kehidupan perekonomian yang dianggap mapan (exmud, baca: eksekutif muda) serta masuk dalam kelompok metropolis yang semuanya diukur dengan materi tanpa pertimbangan moral & akhlak. Perubahan kultur budaya ketimuran yang mulai merosot sehingga banyak pemuda/pemudi yang lupa akan pentingnya ridho dari orang tua dalam menjalankan hidup di dunia ini.

Sejak dahulu sampai sekarang remaja selalu menjadi pusat perhatian berbagai kumpulan masyarakat seperti orang tua, organisasi, agama, dan masyarakat umum. Bahkan, dalam pemerintah dalam hal ini Bangsa dan Negara tidak segan-segan mengeluarkan sejumlah anggaran besar untuk mengurus berbagai hal tentang remaja. Besarnya perhatian berbagai kalangan tentang remaja disebabkan oleh banyaknya harapan dan potensi yang diinginkan oleh berbagai komponen masyarakat, termasuk pemerintah pada diri remaja.

Pada media elektronik maupun media sosial yang berkembang begitu cepat, para pakar / pengamat dari profesi apapun beranggapan, bahwa saat ini Indonesia dalam kondisi krisis kepemimpinan. Kata kunci inilah yang perlu direnungi oleh para pemuda / pemudi untuk dapat mengambil bagian dalam berkarya untuk Bangsa dan Negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun