Karena dalam setiap cinta yang salah, ada bagian dari diri kita yang sedang berusaha kembali, bukan pada orang lain, tapi pada diri sendiri yang pernah hilang.
Dan mungkin, itu satu-satunya alasan kenapa rasa itu begitu sulit dilepaskan: bukan karena dia, tapi karena kita ingin percaya bahwa kita masih layak dicintai... bahkan dalam kondisi paling keliru.
Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Tulisan ini mungkin tidak memberi jawaban, tapi semoga bisa menjadi cermin kecil, buat kamu yang sedang bertanya, sedang ragu, atau sedang kehilangan diri di tengah rasa yang sulit dijelaskan.
Kita semua pernah salah arah. Tapi bukan berarti kita tidak bisa kembali. Bukan untuk menghapus rasa, tapi untuk memahami: bahwa kita layak dicintai... tanpa harus sembunyi.
Salam dari ruang yang jarang dibicarakan
Sanana, 30 Muharam 1447 H / 25 Juli 2025
Catatan:
Kutipan "People don't cheat because they want someone else, they cheat because they want to be someone else" sering dikaitkan dengan pemikiran Esther Perel. Meski kalimat ini tidak tertulis persis dalam bukunya The State of Affairs: Rethinking Infidelity (2017), maknanya merangkum benang merah dari wawancara, TED Talk, dan podcast Perel: bahwa perselingkuhan sering kali bukan soal orang ketiga, melainkan tentang kerinduan menjadi versi diri yang hilang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI