Luka hati tidak datang sekaligus. Ia datang dalam bentuk perhatian sesaat, lalu kritik samar, lalu kasih sayang yang dicabut tiba-tiba. Dan di sela-sela itu, ada kalimat yang membuatmu bertahan: "Aku juga sayang kamu. Tapi kamu yang terlalu banyak tuntutan."
Takut Lepas Bukan Berarti Masih Cinta
Mungkin itu kenapa kamu masih bertahan. Bukan karena kamu cinta. Tapi karena kamu takut: Takut sendiri. Takut tidak dicintai lagi. Takut dianggap gagal. Dan yang paling pahit, takut mengakui bahwa kamu sudah terlalu lama mengabaikan dirimu sendiri.
Rasa takut itu nyata. Tapi pelan-pelan, kamu mulai belajar bahwa bertahan juga bisa menyakiti. Bertahan tidak selalu berarti kuat. Dan pergi tidak selalu berarti kalah. Karena kadang, satu-satunya cara menyelamatkan cinta... adalah dengan mencintai dirimu sendiri duluan.
Kamu Juga Berhak Pulih
Kamu boleh masih cinta. Tapi kamu juga berhak untuk pulih. Sembuh dari luka hati.
Karena mencintai seseorang tidak harus berarti meninggalkan diri sendiri.
Karena pulih hati bukan berarti membenci, tapi akhirnya memahami batas antara ketulusan dan pengorbanan yang menyakiti.
Dan jika suatu hari kamu berhasil berjalan pergi tanpa membawa dendam, hanya dengan sedikit luka yang sudah kamu kenali dan rawat, itu artinya kamu tidak kalah.
Kamu sedang kembali... kepada dirimu yang dulu kamu tinggalkan demi cinta yang tidak kembali.
Kamu tidak harus sembuh total hari ini. Tapi kamu layak untuk mulai hari ini. Tanpa harus merasa bersalah.
Semoga ada yang bisa dipetik dari cerita ini.
Salam Literasi,
Sanana, 11 Muharam 1447 H / 06 Juli 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI