Mohon tunggu...
Asep Ilham
Asep Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah cara untuk menuangkan berbagai pertanyaan dalam pikiran, lalu dijawab dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Kemiskinan Struktural, Kemiskinan yang Menjerat

12 Januari 2023   19:42 Diperbarui: 17 Februari 2023   19:36 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemiskinan merupakan masalah yang belum terselesaikan di Indonesia/Foto: Kaltimtoday.co

Kemiskinan adalah permasalahan yang sering terjadi di berbagai Negara, khususnya di Negara berkembang, kemiskinan adalah salah satu permasalahan yang sulit untuk diselesaikan, hal tersebut juga terjadi di Indonesia. Kemiskinan sudah menjadi masalah lama di Indonesia, dan sampai saat ini masalah kemiskinan masih belum dapat diselesaikan.

Namun, sebelum lanjut, kita harus pahami dulu apa itu yang dimaksud dengan kemiskinan?
Kemiskinan adalah keadaan ketika suatu individu atau suatu rumah tangga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar.  Sedangkan melansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) orang yang dianggap miskin adalah orang yang memiliki pengeluaran maksimal hanya Rp.15.750/hari atau Rp. 472,524/perbulan.

Dari kategori tersebut maka data yang diambil dari BPS pada Maret 2022 yang menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 9,54 % dari total seluruh penduduk Indonesia atau berjumlah sekitar 26,16 Juta penduduk, jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya, ketika masa pandemi.

Adapun presentase yang dihitung dari setiap daerah yaitu jumlah penduduk miskin terbanyak berasal dari Jawa Tengah dengan jumlah 4,18 Juta penduduk miskin atau 10,38 % dari total penduduknya, sedangkan penduduk miskin terendah yaitu di Kalimantan Utara dengan 49,4 ribu penduduk miskin saja atau 6,77% dari total penduduknya.

Namun apabila kita memacu pada kategori kemiskinan menurut Word Bank, terhadap ukuran atau kategori seseorang dianggap miskin adalah ketika seseorang memiliki pengeluaran maksimal sebesar 2 dolar US atau 30 ribuan/hari atau kurang lebih 900 ribuan/bulan, dan apabila kemiskinan tersebut diukur dari sini, maka penduduk miskin di Indonesia diperkirakan memiliki presentase 40% dari total penduduknya. Waw luar biasa hampir setengah penduduk Indonesia dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Indonesia masuk 100 Negara termiskin di dunia, dengan menempati peringkat ke 91 pada 2022 menurut gfmag.com. Hal ini diukur dari gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) dan purchasing power parity (PPP) atau keseimbangan kemampuan berbelanja.

Kemiskinan menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi yang cukup tinggi di Indonesia, hal tersebut bisa dilihat dari negara yang memiliki ketimpangan ekonomi tertinggi di dunia, berdasarkan laporan Credit Suisse's Global Wealth Report, Indonesia menempati peringkat ke empat dengan presentasi ketimpangan ekonomi 49,3%, tga tingkat dibawah Rusia, India, dan Thailand. Hal tersebut menyebabkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin sangat terlihat.

Dari berbagai bentuk kemiskinan yang ada di Indonesia salah satu bentuk kemiskinan yang sulit diatasi adalah kemiskinan struktural. Dalam artikel ini mari kita bahas apa itu kemiskinan struktural dan bagaimana faktor penyebabnya

Apa itu kemiskinan struktural

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan oleh karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan, atau sederhananya kemiskinan struktural adalah fenomena kemiskinan yang disebabkan karena terisolasi oleh struktur sosial dan lingkungan yang menghambat masyarakat untuk keluar dari jurang kemiskinan.

Faktor Penyebab Kemiskinan Struktural

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan struktural di Indonesia mengutip dari ngomongin uang, setidaknya terdapat tiga faktor penyebab diantaranya yaitu:

1. Pola pikir dan pola kehidupan yang keliru

Faktor pertama adalah pola pikir dan pola kehidupan yang keliru, hal ini sering terjadi di masyarakat umum di Indonesia yang selalu pasrah terhadap kehidupan, dimana masih terdapat anggapan bahwa kemiskinan adalah takdir tuhan yang tidak bisa di ubah, sehingga dari anggapan ini timbulah sikap pasrah dan menerima nasib, tanpa ada usaha untuk memperbaiki keadaan.

Namun bukan berarti mereka pemalas, hanya saja mereka terlalu menyerah terhadap takdir, sehingga mereka cepat merasa puas terhadap sesuatu yang mereka dapatkan. Hal ini didasari pula oleh kondisi kehidupan yang ada disekitar mereka yang dianggap suatu kewajaran, lumrah dan sudah menjadi jalan hidup, itulah faktor pertama kemiskinan struktural dapat terjadi.

2. Sulitnya akses ke pendidikan yang berkualitas.

Kemiskinan menyebabkan seseorang sulit mendapatkan akses ke pendidikan yang berkualitas, karena akses terhadap pendidikan berkualitas di Indonesia sangatlah mahal, ketiadaan biaya dan infrastruktur yang belum merata membuat mereka yang memiliki perekonomian rendah bakal tersisihkan. Tersisihkan dalam hal ini yakni dengan bangunan sekolah yang kurang layak, akses ke sekolah sulit, dan guru yang mengajar pun terkadang kurang kompeten, yang menyebabkan belajar mereka menjadi tidak kondusif.

Walaupun kita tidak bisa pungkiri bahwa ada saja siswa yang rajin dan memiliki minat besar dalam belajar, serta ada juga guru yang memiliki dedikasi yang tinggi untuk mengajar murid-muridnya dengan baik, namun harus kita pahami bahwa hal-hal tersebut itu sangatlah jarang, ditambah karena perekonomian mereka kurang baik akhirnya banyak diantara mereka yang memutuskan untuk tidak lanjut sekolah dan lebih baik bekerja untuk membantu perekonomian orang tua, dan ketika mereka berhenti sekolah, kompetensi yang mereka miliki pun rendah, dan kompetensi yang rendah, menghasilkan produktivitas yang rendah, dan akhirnya pendapatannya pun ikut rendah. Seperti itulah yang terjadi ketika kita memiliki pendidikan rendah yang pada akhirnya ketika bekerja menghasilkan pendapatan yang rendah, memutar dilingkaran setan seperti itu saja. Jadi faktor tersebut menyebabkan kemiskinan struktural terjadi di masyarakat.

3. Keterbatasan akses pada Sumber Daya

Faktor terakhir penyebab kemiskinan struktural adalah keterbatasan akses terhadap sumber daya. Keterbatasan terhadap hal ini akan mengakibatkan biaya hidup menjadi mahal, pernah dengar perkataan bahwa menjadi orang miskin biayanya lebih mahal daripada menjadi orang kaya.

Perkataan ini tidak salah karena keterbatasan akses terhadap sumber daya mengakibatkan pembiayaan lebih tinggi misalnya akses terhadap perbankan, orang yang perekonomiannya baik akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari bank dengan bunga yang lebih kecil, karena orang dengan perekonomian baik, memiliki sesuatu yang dapat dijaminkan sebagai syarat peminjaman, sedangkan orang yang perekonomiannya rendah tidak dapat memenuhi syarat peminjaman karena salah satunya tidak ada sesuatu yang dapat menjadi jaminan kepada pihak bank, sehingga pihak bank enggan untuk meminjamkan dan pada akhirnya orang dengan perekonomian rendah terjebak terhadap peminjaman ilegal contohnya peminjama online (pinjol) atau Rentenir.

Dalam membeli ragam aset pun orang yang dengan perekonomian baik dapat membeli berbagai aset dengan cicilan pendek serta bunga rendah seperti pembelian terhadap rumah, handphone, dan lain sebagainya. Sedangkan mereka yang memiliki perekonomian rendah pembelian terhadap handphone saja akan bisa sampai bertahun-tahun dengan bunga sama dengan harga handphone nya sendiri. Faktor ini menyebabkan terjadinya kemiskinan dalam masyarakat.

Itulah beberapa faktor penyebab terjadinya kemiskinan struktural, kemiskinan yang menjerat masyarakat dan siapa yang telah terjerat akan sulit untuk keluar dari jeratan kemiskinan ini. Karena menurut Smeru insitut anak yang lahir dari keluarga miskin atau perpendapatan rendah, ketika dewasa akan berpendapatan rendah pula, dengan presentase 87%. Jadi anak yang lahir dari keluarga miskin kemungkinan keluar dari jurang kemiskinan hanya 13 % saja.

Adapun dapat disimpulkan bahwa kemiskinan terjadi karena pendapatan rendah, mengakibatkan daya beli rendah, dan daya beli rendah mengakibatkan pendidikan rendah yang pada akhirnya mengakibatkan produktivitasnya pun ikut rendah pula.

Semoga kemiskinan ini dapat cepat terselesaikan di Indonesia, lantas bagaimana solusi dari permasalah ini, ya ndak tau kok tanya saya, itu kan urusan pemerintah, bukan urusan saya, canda urusan pemerintah hehe. Namun memang peran pemerintah dalam memberantas kemiskinan memang harus yang terdepan karena dengan kebijakan-kebijakan yang tepat kemiskinan di Indonesia akan cepat terselesaikan, jangan sampai di Negara yang kaya ini akan selalu tetap banyak orang miskin.

Apabila ingin tahu bagaimana solusi dari permasalah kemiskinan struktural ini, boleh nanti saya carikan dan dituliskan di artikel selanjutnya, insyaallah. Adapun menurut para pembaca apa saja solusi dari penyelesaian kemiskinan di Indonesia, boleh tuliskan pendapatnya di kolom komentar, terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun