Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelas Menengah: Di Antara Jurang Kemiskinan

2 Maret 2024   09:44 Diperbarui: 2 Maret 2024   09:48 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini adalah masyarakat dengan pendapatan menengah tetap saja harus melakukan ekstra pekerjaan diluar pekerjaan utamanya. Aktivitas seperti itu banyak dilakukan oleh para pekerja dengan gaji pada kisaran yang dapat dikatakan cukup untuk hidup layak.

Seringkali layak saja belum cukup maka harus mencari pekerjaan sampingan agar kualitas hidupnya lebih meningkat. Apalagi ditengah gempuran berbagai gaya hidup yang setiap detik bersliweran di media sosial. Rasanya kalau belum dapat mengikuti gaya hidup yang sedang berkembang di media sosial belum bisa dikatakan layak.

Gaya hidup hedonis menjadi penyumbang utama bagi kelas menengah menjadi rentan untuk dapat turun kasta. Atau bisa dikatakan dapat saja menjerumuskannya pada jurang kemiskinan. Kendali diri sangat diperlukan agar para kelas menengah ini tidak terjatuh pada jurang tersebut.

Gaji yang sudah layak menjadi tidak layak karena harus menyediakan keinginan yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Maka berbagai cara dilakukan bisa melalui kerja ekstra, melakukan pinjaman, atau bahkan yang paling ekstrim melakukan investasi pada komponen yang beresiko tinggi.

Pinjaman yang dilakukan tidak hanya pada satu tempat saja. Bisa terjadi dilakukan di beberapa tempat yang pada akhirnya membuat asset yang selama ini dimiliknya menjadi habis digunakan sebagai agunan pada beberapa lembaga pinjaman. Kelebihan daya angsur yang melewati batas kemampuan membuat pihak lembaga peminjam harus menyita aset yang dimilikinya. Maka tak pelak lagi kelas menengah yang sebelumnya disandangnya bisa saja hilang karena terjatuh pada jurang kemiskinan.

Kerja ekstra keras diluar pekerjaan utama masih saja belum mampu untuk menutup kewajibannya. Sudah habis waktu, tenaga, pikiran tetap saja tidak mampu memenuhi keinginananya. Akhirnya justru sakit yang didapat.

Lebih parah lagi kalau sudah terjerat pada investasi bodong yang sekarang ini juga marak ditawarkan. Kehilangan banyak aset karena sudah ditaruh pada investasi yang menawarkan keuntungan tinggi tetapi justru malah kehilangan banyak uang. 

Pada intinya kelas menengah sebenarnya dapat mempertahankan kastanya asal dapat mengelola asetnya dengan baik. Tidak mudah terpengaruh oleh gaya hidup yang sebenarnya bukan pada tataran kastanya. Paling tidak kalau dapat mengendalikan justru dapat membuat kelas menengah daapt mempertahankan posisinya bahkan mungkin dapat meningkatkan posisinya. 

Cepat tidaknya naik kelas tergantung bagaimana kelas menengah dapat mengelola asetnya. Semakin pandai mengelola dan cermat dalam mengembangkan asetnya maka kelas menengah dapat menaikkan kelasnya. Tentu kesabaran dan ketekunan dalam menjalani profesinya harus terus dilakukan agar apa yang diinginkan dapat terwujud.

Kelas menengah sebenarnya tidak harus jatuh dalam jurang kemiskinan asal dapat mempertahankan aset yang sudah dimilikinya. Jebakan kelas menengah biasanya terkendala pada keinginan yang tidak mengukur kemampuan yang dimiliki.

Salam Sehat.......!!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun